Chapter 10

88 2 2
                                    

Begitu sampai di sana, Zelvin langsung menarik lengan Revika dan memeluknya. Ia menatap tajam ke arah laki-laki di depannya itu, sementara yang di tatap hanya melemparkan senyum meremehkan ke arah Zelvin.

"Hoo... Masih ada juga ya, yang mau dekat sama lo. Ngga nyangka gue." ujar laki-laki itu dengan nada meremehkan. Zelvin semakin menajamkan tatapannya saat dirasakannya bahu Revika yang bergetar dan bajunya yang basah karena air mata Revika.

"Lo apain Revika gue?!" seru Zelvin marah. Laki-laki tersebut mendengus geli. Dengan telunjuknya, dia menunjuk ke arah Revika.

"Dia? 'Revika lo' ? Ngga salah?" tanyanya dengan nada mengejek yang membuat Zelvin menggeram marah.

"Mau lo tu apaan sih? Jangan ganggu Revika bisa ngga?" tanya Zelvin dengan nada dingin.

"hmmp! Lo bakalan nyesal karena udah bilang gitu nanti."

Setelah mengatakan itu, laki-laki tadi langsung melangkahkan kakinya menjauh dari mereka berdua. Zelvin mengeratkan pelukannya terhadap Revika. Setelah dirasanya Revika sudah lebih tenang, ia merenggangkan pelukannya lalu menghapus air mata Revika menggunakan ibu jarinya.

"Lo gapapa?" tanya Zelvin lembut. Revika hanya menganggukkan kepalanya. Sesekali ia masih terisak.

"Jangan nangis lagi, oke?"

Revika mengangguk pelan lalu kembali memeluk Zelvin dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Zelvin. Menghirup bau maskulin bercampur mint yang menguar dari tubuh itu. Membuatnya merasa tenang dan aman. Tanpa sadar, Revika mengeratkan pelukannya pada tubuh pemuda tersebut.

"Vi... Cowok tadi itu siapa?" tanya Zelvin pelan. Dapat ia rasakan kalau Revika sedikit menegang ketika mendengar pertanyaan itu. Zelvin kembali merenggangkan pelukannya dan menatap Revika. Namun, Revika mengalihkan tatapannya ke samping. Menghindari kontak mata dengan Zelvin.

"Vi..." panggil Zelvin lembut. Ia memegang dagu Revika dan mengarahkannya untuk menatapnya.

"Siapa?"

"....mantan gue Vin." jawab Revika dengan suara yang pelan dan sedikit serak.

"o-oh.. Mantan."

Lalu terjadi keheningan di antara mereka. Zelvin masih memegang kedua lengan Revika dengan erat. Tatapannya masih tertuju pada Revika yang sedang menatap ke arah kaki mereka, lalu ia menghela nafas.

"Vi, gue rasa... Gue.... Suka sama lo deh."

Revika terdiam. Ia mengangkat wajahnya dan menatap Zelvin. Ia tahu, bahkan sebelum pemuda itu mengatakannya dia sudah tau. Pemuda ini menyimpan 'rasa' padanya.

"Lalu?" tanya Revika.

"Ya... Gapapa. Cuma pengen bilang itu aja." jawab Zelvin canggung. Ia mengusap tengkuknya dengan pelan. Dia tau kalau sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengutarakan hal seperti itu, tapi entah kenapa ada sesuatu yang mendorongnya untuk mengatakannya.

"Oh.. Kayaknya, lo bakal nyesal deh punya rasa kayak gitu ke gue."

"Huh? Kenapa? Apa salahnya?"

"Salah banget. Lo... Pasti jijik sama gue. Gue aja jijik sama diri gue sendiri, apa lagi lo." ujar Revika dengan pelan. Ia mencoba untuk melepaskan tangan Zelvin yang masih memegang lengannya. Namun tentu saja Zelvin tak akan melepaskannya begitu saja.

"Vin, please lepasin gue."

"Nggak. Kenapa? Bilang ke gue alasannya!" ujar Zelvin dengan nada memaksa. Revika menggelengkan kepalanya.

"Lepasin!"

"Vika!" bentak Zelvin tanpa sengaja. Revika terdiam. Ia menatap Zelvin dengan pandangan takut, membuat Zelvin sadar dengan kesalahannya.

His Smile ;)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang