Bab 12a

7K 781 42
                                    

"Apa istrimu tahu kita berselingkuh?"

Kinasih menyingkapkan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya, berpaling pada laki-laki yang tergolek di atas ranjang. Mereka baru saja selesai bercinta dan demi keamanan, sengaja memesan kamar hotel.

Jaka menatap wanita di depannya lalu mengernyit. "Kamu gila, ya. Jelas nggaklah!"

Berdecak tidak puas, Kinasih bangkit dari ranjang. Menyambar jubah yang tersampir di ujung ranjang dan menatap bayangan dirinya di cermin yang terpasang di dinding.

"Memangnya kamu nggak mau menikah sama aku?"

Kali ini Jaka yang terdiam. Menatap wanita yang selama beberapa minggu ini telah tidur dengannya. Kinasih memang wanita yang menarik, bertubuh sintal, dan permainan ranjangnya pun hebat. Hanya saja, kalau untuk diajak menikah, ia belum terpikirkan. Menurutnya, pernikahan itu bukan sekadar kecocokan di ranjang, ada banyak aspek lainnya.

Selama ini, ia tidak pernah ada masalah dengan istrinya. Bunga adalah wanita baik-baik yang mencintainya sepenuh hati. Memang sikapnya saja yang brengsek, hingga menduakan dengan Kinasih. Bisa dikatakan, nafsunya besar. Tapi, tidak pernah terpikir untuk meninggalkan Bunga.

"Kamu bukannya masih punya suami?" ucap Jaka pelan.

Kinasih membalikkan tubuh, berkacak pinggang dan menatap laki-laki yang tergolek di ranjang dengan kening mengernyit.

"Kami sudah pisah, aku sedang mengurus surat perceraian. Makanya, aku tanya kamu apa nggak mau menikah sama aku?"

"Kenapa kita bahas pernikahan, sih? Jelas-jelas di samping kita ada orang lain. Kenapa kita nggak nikmati saja hubungan ini."

Jaka beringsut ke ujung ranjang, berusaha meraih tubuh Kinasih. Namun, wanita itu menolak. Ada kekesalan terbias jelas di wajahnya.

"Kamu hanya ingin meniduriku secara gratis, Jaka. Itu nggak adil untukku!"

"Hei, jangan sembarangan bicara. Ingat, hubungan kita ada karena dasar suka sama suka. Aku nggak pernah memaksamu."

Menghela napas panjang, Kinasih melangkah ke arah jendela. Membuka gorden dan menatap pemandangan luar dari balkon. Kamar mereka berada di lantai delapan sebuah apartemen yang juga berfungsi sebagai hotel.

Ia terdiam, berusaha mengendalikan amarahnya. Yang dikatakan Jaka memang benar, hubungan mereka ada karena ia juga menginginkannya.

Dari awal bertemu dengan Jaka, ia sangat menyukai laki-laki itu. Terlebih, saat tahu Jaka adalah pemilik sebuah perusahaan yang sedang berkembang. Meski ia juga suka dengan Bunga, karena wanita itu baik dan polos, tapi ia tidak dapat membohongi hati, kalau jatuh cinta dengan Jaka dan menginginkan laki-laki itu.

Kesedihan kini merambat pelan di hatinya, karena tidak peduli bagaimana ia berusaha untuk membuat Jaka jatuh cinta padanya, di hati laki-laki itu hanya ada Bunga.

"Jangan marah, aku punya sesuatu untukmu."

Kinasih berusaha mengelak saat tubuhnya dipeluk dari belakang. Namun, saat sesuatu yang berkilau disematkan Jaka di jari manisnya, kemarahannya luruh.

"Cincin berlian ini, sudah lama kamu inginkan bukan?"

Wajah Kinasih berbinar seketika. Ia mengangkat jemarinya dan senyum mengembang di mulutnya. "Wow, cantik sekali, Sayang."

"Memang, secantik kamu."

Kinasih berbalik, memeluk Jaka dan mengecup bibir laki-laki itu. "Terima kasih."

"Sama-sama, jadi apa masih marah?"

Kinasih menggeleng. "Nggak lagi."

Tersenyum simpul, Jaka meraih kepala Kinasih dan menekan pundak wanita itu untuk berlutut. "Kalau begitu, ada sesuatu yang menuntut perhatianmu."

Dendam Dan Obsesi (Turun Ranjang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang