Apakah Bunga bahagia setelah menjadi istri Jaka? Jawabnya iya, ia bahagia. Meski saat menikah dengan laki-laki itu, ia punya kekasih tapi ia tidak sudah bertekad untuk menjadi seorang istri yang baik dan mengabdi sepenuhnya pada sang suami. Jaka pun tidak memintanya macam-macam, hanya ingin ia sehat dan bahagia menjalani peran sebagai ibu rumah tangga.
Karena belum ada anak, demi membunuh kebosanan, Bunga meminta izin pada suaminya untuk membuka usaha catering makanan secara online. Mendaftarkannya ke aplikasi, dengan begitu tidak perlu menyewa tempat dan membayar pegawai.
“Lakukan yang kamu mau, asal kamu bahagia, Sayang.”
Persetujuan dari suaminya, membuat Bunga bahagia. Menerima kucuran modal dari Jaka, ia mengikuti kursus membuat makanan sambil memikirkan menu yang akan ia jual. Sebulan kemudian, ia membuka pesanan secara online. Masakannya adalah segala sesuatu tentang sop. Dari sapi, kambing, hingga ikan. Awalnya sangat sepi, dan nyaris tanpa pembeli. Hingga ia berinisiatif membagikan sop dalam mangkok kecil pada pengemudi ojek online yang sedang nongkrong, pada ibu-ibu yang berkerumun di tukang sayur, hingga orang-orang yang belanja di pasar dan membagikan brosur. Dua minggu kemudian, usahanya mulai menunjukkan hasil dengan pesanan yang terus mengalami peningkatan dari hari ke hari.
**
Hari ketiga setelah kepergian Dewa dan berita tentang hubungan laki-laki itu yang termuat di media massa, Flora menerima pesan dari orang tuanya yang menanyakan kebenaran dari pesan itu. Ia tidak menjawab apa pun selain kata tidak tahu. Jawabannya tidak membuat orang tuanya puas, terlebih sang papa.
“Ingat, Flora. Utang kita masih banyak pada keluarga mereka. Bulan lalu, Pap bahkan memijam lagi pada suamimu. Karena itu, kamu harus menjaga hubunganmu dengan Dewa. Biar saja dia pacaran lagi, asal statusmu tetap menjadi istrinya.”
Flora menatap sedih saat membaca pesan dari orang tuanya. Orang tuanya dulu tak begini. Mereka memperlakukannya dengan baik. Tapi, semenjak usaha bangkrut dan banyak utang, mereka mengorbankan dirinya. Tidak hanya itu, termasuk juga kebahagiaanya.
Memijit kepalanya yang mendadak pusing, saat tahu kalau utang keluarganya bertambah pada Dewa, ia merasa dunianya makin hancur. Tidak hanya keluarga Risti yang menghinanya dengan kata-kata, tapi keluarganya sendiri menghinanya dengan berutang.
Saat ia memprotes orang tuanya karena menambah utang, suara mamanya yang marah terdengar menyakitkan di telepon.
“Kamu enak tinggal bersama Dewa, makan dan tidur cukup. Kamiii, termasuk dua adikmu tiap hari hanya makan sehari sekali. Jangan egois jadi orang, Flora! Kecuali kamu mau kami mati kelaparan!”
Tanpa daya, Flora menangis. Merasa dirinya dijual secara paksa untuk melayani keluarga Risti dengan bayi dalam kandungan. Berat badannya makin hari makin turun, sedangkan dokter memintanya bobot. Dalam kondisi tertekan, dan perasaan yang selalu sedih, bagaimana mungkin ia bisa menaikkan berat badan.
“Ngapain kamu termenung di situ?” Flora yang sedang duduk di sofa dengan ponsel di tangan, mendongak saat mendengar teguran Nabila. Tidak biasanya gadis itu siang begini ada di rumah.
Saat ia tidak menjawab, Nabila kembali berucap. “Nangis, ya. Karena Kak Dewa ternyata punya pacar? Duh, kasihan deh lo!” Gadis itu mencibirnya.
Flora menghela napas, menatap gadis di depannya. “Ada urusan apa kamu sama aku? Kalau nggak ada yang penting, tinggalkan aku sendiri!”
Nabila melotot tidak percaya, memdengar Flora mengusirnya. Ia tersenyum, menjetikkan kuku-kukunya yang dicat merah dan duduk menyilangkan kaki di depan Flora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dan Obsesi (Turun Ranjang)
RomanceFlora menjadi tersangka dari terbunuhnya sang suami, Satria. Meski polisi memutuskan dia tidak bersalah tapi keluarga Satria tidak percaya. Dewa, adik laki-laki Satria memutuskan untuk menikahi Flora yang sedang mengandung demi membuktikan kalau wan...