sepuluh

33 13 63
                                    

Haekal dan Erza berlari ke arah yang berbeda saat mereka dipergoki Pak Lurah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haekal dan Erza berlari ke arah yang berbeda saat mereka dipergoki Pak Lurah. Namun, keduanya malah sama-sama berhenti di belakang masjid, tempat anak-anak bermain petasan. Erza sempat menyadari keberadaan Haekal di sana, tetapi enggan menyapa karena masih merasa gengsi dengan kejadian barusan.

Kini, Erza merutuki dirinya sendiri karena memilih untuk kabur dan bukan mencari perhatian di depan Pak Lurah. Bukankah itu kesempatan yang luar biasa? Siapa tahu, Erza bisa mendapatkan Dhea sekaligus menjadi penerus Lurah berikutnya. Sambil menyelam minum air!

"Lo di sini juga ternyata." Sial! Ingin sekali Erza baku hantam dengan manusia yang satu itu. Mengapa Haekal malah mendekat, sih?

"Lo ngikutin gue?!" tuduh Erza.

Haekal menggeleng. "Tempat ini yang bawa gue ke sini," ujarnya sambil tersenyum. Suara canda tawa anak-anak yang bermain petasan mendominasi pendengaran mereka. Haekal menarik napas dalam-dalam seolah sedang berada di hawa pegunungan. Dia sangat menikmati momen ini. "Enak, ya, jadi anak kecil."

"Iya, bisa ketawa kayak nggak punya masalah," sahut Erza.

"Bisa bahagia cuma dengan main petasan ...."

"Bisa dikasih minta duit pas lebaran ...."

"Bisa dielus-elus sama Dhea ...."

"Hah? Dhea?" Seketika Erza memelotot, meminta penjelasan pada Haekal yang pandangannya tak berpindah sedikit pun. Rupanya ada Dhea di sana. Pantas saja dari tadi Haekal senyum-senyum sendiri. "Dhea!" teriak Erza. Dia tak mau kehilangan kesempatan lagi. Kali ini, Haekal harus melihat betapa kerennya calon Crazy Rich Kampung Panura!

Seolah memang keberuntungannya, Dhea tersenyum sambil melambaikan tangannya pada duo bujang mengenaskan itu. "Lo nggak usah ikut dada-dada! Dia anuin gue!" Erza memukul bahu Haekal, tidak terima dia ikut-ikutan membalas lambaian tangan Dhea.

"Sini!" seru Dhea.

"Aku?" Erza dan Haekal menunjuk diri mereka masing-masing.

Dari kejauhan, Dhea mengangguk dan memberi kode bahwa dia memanggil mereka berdua. Baru saja Erza senang karena Dhea bersikap ramah, ternyata Haekal juga mendapatkannya. Menyebalkan.

Haekal berjalan dengan bangga bak model yang menyusuri red carpet. Kepalanya setengah mendongak, sengaja memamerkan bentuk rahangnya yang sebenarnya biasa saja. Dengan mata yang disipit-sipitkan dan bibir yang dibuat seseksi mungkin, Haekal berharap wajahnya tampak mirip artis terkenal. Minimal Rhoma Irama.

Di sisi lain, Erza yang sebenarnya kurang bersemangat tidak mau membiarkan gengsinya runtuh. Dia sengaja memasang wajah datar dengan mata setengah memicing agar terlihat keren dan berkelas. Minggir lo semua, Raja terakhir mau lewat!

"Bang Eja, Bang Ikal, pegangin dong!" pinta seorang anak yang rambutnya seperti sudah seabad tak dicukur.

"Ogah, pegang sendiri, lah!" sahut Erza.

WDT Academy Ramadhan [ Belphegor Group ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang