Haekal bernapas lega saat ibunya tidak lagi mempertanyakan perihal calon menantu yang sebenarnya tidak ada. Dia harus pintar-pintar membuat alibi agar ibu dan adiknya percaya. Namun, dia juga merasa sangat bersalah karena sudah membohongi keluarganya hanya agar tidak terlihat seperti jomblo mengenaskan yang gagal move on dari mantan dan sulit mendapatkan hati sang pujaan.Di lain sisi, Erza bernapas lega di dalam kamarnya. Dia beberapa kali mengelus dada yang berdetak dengan cepat karena hampir saja dirinya ketahuan sang ibu dan adiknya perihal tiket kereta juga masalah utang piutang dengan Rudi. Erza menyadari tingkahnya sudah di luar batas hanya untuk membuktikan dirinya sukses, tapi nyatanya tidak, eh maksudnya belum. Dia yakin bahwa suatu saat nanti akan sukses, walaupun tidak tahu entah kapan. Dirinya saat ini sedang mempersiapkan diri saat kesuksesan itu sudah bisa ia genggam suatu saat nanti. Meskipun dengan cara berbohong seperti ini.
****
Puasa sudah berjalan setengah bulan lebih dan itu membuat Dewi dan Arum heboh membicarakan baju lebaran. Tidak lupa, Riana dan Adinda juga ikut-ikutan memberi referensi baju lebaran yang sedang hits saat ini, membuat keduanya berinisiatif meminta jatah uang untuk baju lebaran ke kakak mereka masing-masing.
"Mas, Adinda mau baju lebaran yang seperti punya pacar Mas Haekal, Kak Ghea Indrawari, dong," ucap Adinda merecoki sang kakak dengan memperlihatkan foto Ghea Indrawari yang didapat dari situs pencarian, Goondle.
"Iya, Kal. Itu bagus, loh. Nanti tanyain, ya, ke pacar artismu itu, beli dimana bajunya," ucap Arum tak mau kalah dari sang anak perempuannya.
Haekal menatap keduanya dengan cengo dan bergantian menatap layar ponsel yang menampilkan foto Ghea Indrawari dengan baju abaya coklat keemasan yang sangat menawan dan tentu saja mahal. Dalam hati, Haekal ingin berteriak bahwa Ghea Indrawari itu bukan pacarnya, dia lelah berbohong tapi tidak mau mengakui karena takut dirinya kembali di cap sebagai sadboy.
"Nanti baju lebarannya beli di tukang kredit yang biasa ibu langganan itu aja," saran Haekal memprovokasi sang ibu.
"Loh, di sana mana ada baju seperti punya pacar kamu ini, Kal. Coba deh kamu tanya dia beli dimana!" suruh Arum memaksa Haekal.
Haekal ketar-ketir harus bagaimana dia menanyakan perihal baju tersebut ke Ghea Indrawari. Sedangkan, dia saja selama ini hanya membual. "Iya, Bu. Nanti Haekal tanyakan," ucap Haekal setenang mungkin.
"Sekarang saja, Mas. Adinda juga ingin dengar suara Mbak Ghea Indrawari pacar Mas Haekal itu," desak Adinda membuat Haekal semakin kalang kabut harus bagaimana mencari alibi.
"Eung. Ini jam berapa?" tanya Haekal tiba-tiba.
"Jam 2, Mas. Kenapa?" jawab Adinda.
Haekal dengan otak kepepet memikirkan alibi yang memungkinkan untuk mengelabuhi Arum dan Adinda. "Ah, jam segini Ghea lagi shooting, pasti. Nanti Haekal kabari saja. Atau gak, mending Ibu beli online aja di Shumpi." Dengan berbangga hati Haekal merasa senang otaknya dapat berpikir dengan waras dan membuat saran yang masuk akal.
"Oh, iya, bener juga. Adinda, coba itu hp kamu buat buka Shumpi bisa, gak?" tanya Arum ke Adinda dengan nada mendesak.
"Bisalah, Bu. Ini Adinda udah buka," ucap Adinda seraya memperlihatkan layar beranda aplikasi Shumpi ke Arum.
Haekal dengan gerakan pelan tapi pasti berjalan menghindari keduanya agar tidak ditanya-tanya perihal Ghea Indrawari kembali.
****
"Mas Erza! Riana pengen beli baju lebaran yang ada emas-emasnya, biar gak kalah bagus sama punya Adinda yang baju lebarannya seperti punya Ghea Indrawari, pacarnya Mas Haekal," cerocos Riana dengan suara delapan oktaf memekakkan telinga Erza.
"Gak boleh iri. Dosa!" ucap Erza cuek menanggapi sang adik yang memang cerewetnya minta ampun. Untung saja dia kemarin tidak jadi menerima telepon dari Rudi, bisa habis Erza diteror suara merdu Riana yang bisa merusak gendang telinga.
"Za, ibu juga pengen baju lebaran yang bagus, loh. Uangmu, kan, banyak pasti. Belikan ibu, Za!" Sekarang, Dewi, sang ibu yang meneror Erza dengan baju lebaran yang pasti harganya merogoh banyak rupiah.
Erza berkelana dalam pikirannya menghitung cuan hasil berhutang dari Rudi. Sepertinya tidak akan cukup membeli dua baju lebaran yang mahal untuk ibu dan adiknya. Erza harus pintar-pintar membuat alibi dan mengatur uang yang sebenarnya tidak seberapa.
"Za!"
Erza gelagapan mendapat timpukan dari sang ibu yang baru saja juga meneriaki dirinya tepat di telinga. Tidak tahu saja, jantungnya sudah berdenyut tidak beraturan hanya dengan memikirkan uang. Eh, ini sang ibu hampir saja membuat jantungnya copot, bisa lewat dia.
"Iya, Bu. Nanti Erza belikan. Tenang saja," ucap Erza mencoba untuk tenang. Padahal, dia sudah pusing dengan uang untuk baju lebaran itu.
"Riana juga dong, Mas," ucap Riana tidak mau kalah.
Erza mengangguk mengiyakan. Dia sedang berpikir bagaimana caranya membelikan baju tanpa harus mengeluarkan uang dengan jumlah banyak sekaligus.
"Nanti baju Riana yang ada emas-emasnya, pokoknya," cetus Riana.
"Baju ibu yang ada bordiran Kerajaan Mataramnya, Za. Biar ibu dikira orang kaya, kan anak ibu sudah sukses," ucap Dewi tidak mau kalah.
Erza ingin sekali berkata bahwa dirinya sebenernya—belum—sukses seperti yang ibu dan adiknya kira. Akan tetapi, lagi-lagi dia kalah dengan ego yang tidak ingin di cap sebagai pemuda yang tidak berhasil.
Erza memikirkan kembali baju lebaran yang sedang dicanangkan kedua perempuan beda generasi di sebelahnya itu. Dengan otak yang setengah brilian jika berpikir tentang uang, dia akhirnya memutuskan untuk membeli baju di tukang kredit yang biasa menjual kredit baju lebaran. Tentu saja, tanpa pengetahuan Dewi dan Riana. Erza juga sepertinya bisa melakukan penawaran dengan tukang kredit dengan dalih bahwa dirinya pemuda sukses. Memang bertolak belakang, tapi jangan ragukan Erza saat sedang tawar menawar, sudah menjadi hobi.
"Za! Dari tadi kamu malah melamun. Dengerin ibu tidak?!" sentak Dewi saat mendapati Erza tidak sedang mendengarkan permintaan tentang baju lebaran dirinya dan Adinda.
Erza tersenyum lebar karena sudah mendapat solusi permasalahan baju lebaran. Dia mengangguk menjawab pertanyaan Dewi, "Erza dengerin, kok, Bu. Nanti Erza beliin, ya, baju yang Ibu dan Riana mau," ucap Erza dengan gaya khasnya.
Dewi dan Riana bersorak senang. Mereka merasa beruntung anak lelakinya sukses. Jadi, tidak merasa harus tersaingi oleh tetangga sebelah yang anaknya tidak sesukses Erza. Sehabis ini, Dewi dan Riana harus pamer dengan tetangga sebelah agar merasa panas. Baju lebaran miliknya—pastinya—jauh lebih bagus dan mahal dari punya Arum dan Adinda. Persaingan tersebut pula yang menjadikan Erza dan Haekal susah untuk berterus terang dan jujur bahwa sebenarnya mereka tidak seperti yang keluarga mereka bayangkan.
Yeayy!! Episode ke-17 ramadhan !!Apa kabar kalian? Sehat? Sehat? Sehat dong! Masa nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
WDT Academy Ramadhan [ Belphegor Group ]
HumorSusah nggak masalah, yang penting sombong dulu! Menjadi anak perantauan, susah-susah gampang. Apalagi untuk Erza, laki-laki yang bertahan dengan menjadi kurir ekspedisi ketika di kota hanya hidup pas-pasan. Namun, gengsi orang tua membuat Erza terp...