[02] Perjumpaannya

478 29 0
                                    

Majapahit, 1357.

Arumi menggeliatkan tubuhnya.Ia mengerjabkan matanya berkali-kali sampai pandangannya benar-benar jelas.

Gadis itu mengernyit bingung, ia merasa asing dengan tempat ini.Ia menampar pipinya berkali-kali, Arumi pikir ini hanya sebuah mimpi.

"Arrrghh.Kenapa aku ditempat aneh ini.Apa aku diculik?"

"Sepertinya tadi aku hanya tidur siang dikamarku, tapi kenapa sekarang aku disini."

Dia berulang kali mengumpat kesal.

Arumi mondar-mandir ditempat itu.Ia berusaha mencari jalan, tetapi yang ia lihat adalah pohon, pohon dan pohon.Hari sudah hampir gelap, Arumi dirundung gelisah.

Akhirnya ia menyerah dan memilih untuk duduk dibawah pohon.Ia masih berpikir bahwa ini hanyalah sebuah mimpi.

"Siapa kamu?" ucap seseorang tiba-tiba yang membuat Arumi terkejut.

Arumi beranjak berdiri.Dia memperhatikan seorang laki-laki muda yang berada didepannya dari bawah hingga atas.

'Pakaiannya tampak aneh,' pikir arumi.

Lelaki berbadan tinggi dan gagah, dengan pakaian prajurit Jawa, ditambah rambut panjang yang dicepol.Garis wajah yang terlihat jelas menambah keelokan wajah khas jawanya.

"Maaf, tetapi anda siapa?" tanya Arumi.

Orang itu tampak tak merespon ekspresi.Tangannya bergerak mengambil sesuatu, ia menunjukan sebuah benda berbentuk kepingan.Arumi melihat benda itu, dia merasa tidak asing dengan benda itu.Ia terus berusaha mengingat, dimana ia pernah melihat benda itu.

"Ah, aku mengingatnya! bukankah itu Surya Majapahit?" ucap Arumi mencoba memastikan setelah mengingatnya.Ia pernah melihat benda itu di internet, saat guru mapel Sejarah Indonesia menyuruhnya merangkum tentang kerajaan Nusantara.

Ia pernah melihat benda itu di internet, saat guru mapel Sejarah Indonesia menyuruhnya merangkum tentang kerajaan Nusantara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku salah satu prajurit Majapahit, benda ini hanya dimiliki oleh prajurit saja." terangnya dan kembali menyimpan benda itu.

Arumi tampak syok.Gadis itu membulatkan mulutnya sempurna.Ia tak percaya bahwa ia sekarang berada di Majapahit.Ini sungguh sulit dipercaya! Apakah ini hukuman baginya karena tak mempercayai timetravel?

"Kamu belum menjawab pertanyaan ku tadi.Siapa kamu?"

"Kenapa kamu berada disini sendirian?"

"Kenapa pakaian mu aneh sekali?"

"Dan kenapa kamu tampak terkejut mendengar bahwa aku prajurit Majapahit?"

Rentetan pertanyaan itu keluar dari pemuda itu begitu saja, hal itu membuat Arumi gelagapan.Namun Arumi berusaha menormalkan ekspresinya.Dengan ragu ia mulai membuka suaranya lagi untuk menjawab pertanyaan yang disuguhkan untuknya.

"Namaku Arumi Putri Kusuma.Maksudku namaku Arumi Kusuma," ucap Arumi gelagapan.Astaga bisa-bisa ia dikira seorang putri sungguhan jika tak membetulkan namanya.

"Aku...aku..." ujar gadis itu ragu.

"Kau kenapa?"

"Emm apa ini benar-benar Majapahit?" tanya Arumi mencoba memastikan.

"Iya," jawab pemuda itu dengan dingin.

"Masa kekuasaan siapa?"

"Apa kau benar-benar tidak tahu? Kau sungguh aneh, kerajaan sebesar Majapahit kau tak tau penguasanya?"

"Saat ini kekuasaan dipegang Sri Rajasanagara Hayam Wuruk," Lanjut si pemuda.

Arumi bertambah terkejut mendengarnya.Ini pasti mimpi, pikirnya.

"Hei perempuan aneh, kau belum menjawab pertanyaan ku.Siapa kau? Kenapa penampilanmu aneh? apa kau mata-mata?"

"Ti...tidak,aku bukan mata-mata! Aku hanya seorang penjelajah waktu.Aku dari masa depan." terang Arumi dengan kedua tangannya yang terangkat seperti saat ditodong pistol oleh penjahat.

"Masa depan?" tanya pemuda itu dengan bingung.

"Iya, aku dari tahun 2021"

"Benarkah? Bisa jadi kau hanya berbicara omong kosong layaknya orang tidak waras."

"Sungguh aku tidak berbohong.Kau lihat saja pakaianku berbeda denganmu." Jawab Arumi sembari memutarkan tubuhnya untuk memperlihatkan pakaiannya.Kaos merah berlengan pendek dengan celana panjang berwarna hitam.

Pemuda tersebut tampak mengamati pakaian Arumi sebelum ia mengagukan kepala.

"Siapa tadi namamu?"

"Arumi Kusuma.Kau bisa memanggilku Arumi." Jawab Arumi dengan tangan yang menjulur ingin bersalaman.Sadar jika uluran tangannya diacuhkan, ia menarik tangannya cepat dan berusaha mengkontrol ekspresi malunya.

"Kalau namamu?" tanya Arumi kemudian.

"Panggil saja Aji."

"Sebaiknya kau ikut denganku," ajak si pemuda itu kemudian melangkah pergi.

Arumi terdiam.

"Jangan berpikiran aneh.Aku hanya kasihan denganmu.Lagi pula hari juga hampir malam"

Arumi mengangguk, "Baiklah."

"Ya Tuhan, apa benar ini nyata? Aku tidak ingin berada disini," batin Arumi bermonolog.

Sebuah Takdir [MAJAPAHIT]-Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang