"Hei Aji! Kenapa kau senyum-senyum seperti itu di teras? Apa kau sudah tak waras?" Sapa Sembara yang baru datang.Sebenarnya itu lebih cocok di sebut menghina daripada menyapa.Dasar mulut tak sopan!
"Apa-apaan kau ini, siapa yang tersenyum."
"Kau pikir kau ahli dalam berbohong? Raut wajahmu sudah menjawab semuanya, bahwa kau sudah jatuh hati kepada gadis itu."
"Sudahlah.Kau merusak pagi hariku saja.Hush pergi sana." usir Aji kesal.
"Aku anggap itu sebagai pembenaran bahwa kau menyukainya."
"Aku yakin kau menyukainya karena dia berwajah mirip dengan Arimbi, kekasihmu yang sudah meninggal itu," lanjut sembara dengan percaya diri.
"Jadi selama ini kau menyukaiku hanya karena wajahku mirip dengan kekasihmu itu?" Tanya Arumi yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah.
Aji terkejut mendapati Arumi yang sudah berdiri di belakangnya.
"Aji! Jawab pertanyaanku!" Sentak Arumi yang kemudian berubah menjadi tangis.
"Maaf, Arumi..."
"...namun sekarang aku benar-benar menyukaimu."
"Aku tidak percaya!" Ucap Arumi berlari meninggalkan aji begitu saja.
Sembara yang merasa bersalah dengan keadaan ini berusaha meminta maaf.Sembara menyesalkan mulutnya yang tidak tau sopan santun ini.
"Aji, aku tak bermaksud mengacaukannya.Aku benar-benar minta maaf akan hal ini," pintanya dengan tulus.
"Sudahlah Sembara, ini juga sebenarnya salahku karena menganggap Arumi dan Arimbi adalah orang yang sama.Aku memang orang yang bodoh."
...
Arumi berlari menuju sungai yang ia kunjungi beberapa waktu lalu.Gadis itu duduk disalah satu batu yang berada dipinggir sungai.
Arumi hanya terdiam memikirkan bahwa selama ini aji melihat Arumi bukan sebagai Arumi, melainkan aji melihat Arumi sebagai kekasihnya yang telah tiada.
Arumi sadar ini bukan salah aji sepenuhnya.Ia merasa tak seharusnya bersikap kekanak-kanakan seperti ini.
"Sebuah fakta memang terlihat menyakitkan,tapi kau harus belajar menerimanya."
Arumi menoleh kebelakang mendengar sebuah suara tiba-tiba muncul.
"Sejak kapan kakek ini berada disini." Batinnya.
"Maksud Kakek apa?" Tanya Arumi tak paham.
"Apa kau belum menyadari jika jiwamu dan jiwa dari kekasih aji yang sudah tiada itu sama." Ucap sang kakek itu lagi.
Arumi berdiri dari duduk,ia berjalan mendekat kearah lelaki tua itu.
"Kau dan kekasih aji adalah jiwa yang sama, seharusnya kau sudah merasakannya semenjak kau bertemu dengan aji..."
"...namun sepertinya aku harus menerangkan secara langsung kepadamu."
"Jadi maksudnya aku reinkarnasi?" Tanya Arumi ragu.
Si Kakek hanya diam tak menjawab.
Arumi memegang kepalanya yang tiba-tiba merasa sakit.Sekelebat bayangan datang di kepalanya.
"Aa..aji.aku berjanji...akan menemuimu lagi..." Ucap gadis itu dengan sisa tenaga yang ia punya.
"... tunggulah aku..." lanjutnya. Genggaman tangan sang gadis pada pemuda kian melemas.Nyaris terlepas andai kata sang pemuda tak menggenggam balik dengan erat.
"Arimbi, tetaplah bertahan.Ku mohon," suara lelaki tersebut mengudara.
Iris mata keduanya bertemu dengan lama, seakan tak mau lepas dari pandang.
Dibawah langit malam yang gelap, sang gadis tercinta telah menutup mata untuk selamanya.
Kesadaran Arumi kembali, namun tak didapatinya kehadiran Kakek yang tadi berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Takdir [MAJAPAHIT]-Selesai
Ficción histórica1357 M Takdir telah menghendaki pertemuan kita.Pertemuan yang membuatku menyematkan secuil perasaanku padamu. Namun,aku harap takdir juga akan mempertemukan kita kembali dengan perasaan yang sama.Dan saat itulah aku dan kamu bisa bersatu walau harus...