"Arumi, apa yang kau bicarakan dengan Baginda Raja kemarin?"Aji yang sedari tadi diam membuka suara.Sebuah tanya langsung ia suguhkan kepadaku.
"Rahasia." jawabku berusaha menggodanya.
"Oh, aku juga tak terlalu penasaran dengan apa yang kalian bicarakan jadi tenang saja."
Terlihat dari raut wajahnya jika dia kesal saat pertanyaannya tak ku jawab.Namun itu malah membuatku ingin menggodanya.
"Sungguh?" Godaku sekali lagi.
Entah sejak kapan aku akrab dengannya padahal aku baru dua hari terdampar disini.Ternyata dia tak semenyebalkan yang ku bayangkan.Dia hanya sedikit judes di awal pertemuan kami.
"Sungguh!"
"Ya ya anggap saja aku percaya." Ucapku dengan tawa geli seraya mengibaskan tangan.
"Wah-wah, kalian ternyata mudah akrab ya? Suara wanita yang tak lain adalah ibu aji menengahi perdebatan kami.
Namun kurasa aji tak mempedulikannya, dia masih saja memelototiku dari ujung matanya itu.Itu menimbulkan sedikit tawa di benakku.
"Aji! Sudahlah jangan memelototi Arumi seperti itu.Bukankah kau harus berangkat ke istana? Lagi pula ibu akan segera mengajak Arumi pergi ke ladang untuk membantu ibu."
"Aji tidak melotot ibu!" jawab aji berusaha mengelak.
"Ya kau tidak melotot tapi melirik tajam bagai pedang.Hahaha." ejek ibu yang diakhiri gelengan kepala.
"Terserahlah.Jika begitu aku berangkat dulu."
"Hati-hati dijalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Takdir [MAJAPAHIT]-Selesai
Historical Fiction1357 M Takdir telah menghendaki pertemuan kita.Pertemuan yang membuatku menyematkan secuil perasaanku padamu. Namun,aku harap takdir juga akan mempertemukan kita kembali dengan perasaan yang sama.Dan saat itulah aku dan kamu bisa bersatu walau harus...