Malam ini seperti malam-malam pada biasanya, bulan menampakkan dirinya tanpa malu ditemani oleh bintang yang dapat dihitung oleh jari. Tidak ada yang spesial bagi Arunika yang kini sedang tidur tengkurap dengan bantal yang berada di perpotongan lehernya, Ia akhirnya bisa santai setelah mengerjakan semua tugas sekolah terutama tugas Pak Rudi yang mengharuskan menulis rangkuman sejarah Revolusi Perancis sampai sepuluh halaman.
Jari-jemari Arunika mengetikkan balasan atas lelucon yang disampaikan Athaya pada grup chat mereka bertiga. Sampai sebuah notifikasi menghentikan kegiatannya, jarinya mengklik notifikasi yang berasal dari halaman blognya. Arunika termangu selama beberapa detik dan mengerutkan kening ketika menatap layar ponsel yang ada di genggamannya. Arunika tiba-tiba bangun dari tidurnya, tangan kirinya memegang ponsel dan tangan kanannya menutup mulut.
"Hah? Ini beneran?!" Ia menatap ponsel tak percaya. Di sana terdapat sebuah komentar yang baru dikirim beberapa detik yang lalu.
'Hai, kenalin nama gue Rainindra Langit Abhra, panggil aja Abhra. Akhir-akhir ini gue juga ngalamin mimpi yang aneh kayak lo, bahkan banyak kesamaan antara mimpi lo dengan mimpi gue. Kalau gue mau tanya-tanya tentang mimpi itu, lo berkenan gak? please bales komen gue, ya!'
"Ini serius gak sih? takutnya cuma orang iseng." Gumam perempuan yang masih setengah terkejut itu.
'Hai, Abhra! Salam kenal ya, gue Arunika. Boleh banget kok kalau mau tanya-tanya. DM Twitter aja kali, ya? lo punya Twitter gak? kalo punya DM akun gue @/Aruandjani aja'
Tak lama ponselnya kembali bergetar, tanda notifikasi masuk.
'Punya kok, nanti gue DM, ya!'
Arunika berusaha mencerna semuanya. Menepuk-nepuk pipinya dan bertanya pada dirinya sendiri, ini serius gak, sih? apa mungkin ia ngalamin mimpi yang sama kayak gue? kok bisa? Namun Arunika menyimpan semua penasarannya, ia masih menunggu pesan selanjutnya dari seseorang bernama Abhra itu.
Ponselnya kembali bergetar. Kali ini terdapat notifikasi masuk dari Twitter. Tertulis seorang pengguna dengan username @/Rainindrabhra mulai mengikuti Arunika. Pria dengan akun tanpa foto profil itu mulai mengetikkan kata-kata.
"Halo!" Sapa Abhra. "Arunika, kan?"
"Iya, salam kenal ya, Abhra." Tulis Arunika dengan canggung.
"Iya salam kenal juga." Balas Abhra. "Langsung masuk ke intinya aja, gue juga ngalamin mimpi yang sama, persis kayak yang lo tulis di blog lo."
Arunika ternganga. Ia segera mengetikkan balasan kepada Abhra.
"Maksud lo, lo juga mimpiin perempuan Belanda dengan nama Arabelle Rooselvet?"
"Yup! gak cuma Arabelle ..."
Arunika menantikan balasan pesan yang masih menggantung itu.
"Laki-laki bernama Damar juga muncul di mimpi gue."
Bagai petir yang menyambar di siang bolong, Arunika tak henti-hentinya merasa terkejut.
"Di mimpi gue ngerasa kalo gue ada di tubuh Arabelle. Aneh banget. Kalo lo gimana, Bhra?"
Di seberang sana, Abhra mengerutkan keningnya.
"Gue juga seakan-akan berperan jadi Damar yang hidup di tahun 1939. Kok bisa gitu, ya?"
"Gue juga gak tau. Yang paling aneh kenapa mimpi kita sama?"
"Dan kenapa di tahun 1939?"
Keduanya terdiam. Tak mengetikkan satu kata pun. Keduanya tenggelam dalam kebingungan. Batin dan pikiran mereka masih dipenuhi pertanyaan.
"Lo satu SMA sama Kelana?" tanya Abhra.
![](https://img.wattpad.com/cover/224467574-288-k50907.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are From The Past
FantasiaSemenjak menginjak umur ke-17 Arunika menjadi sering bermimpi tentang kejadian-kejadian lampau, tepatnya saat masa penjajahan. Ia mulai mengalami hal-hal aneh. Seperti fasih tentang sejarah kolonialisme Indonesia, tiba-tiba mendapat gambaran peristi...