8 || Berubah 2

2.5K 335 10
                                    

"Aku terlalu bodoh, yang terlalu mengharapkanmu bisa membalas perasaanku. Tapi nyatanya, kamu pun kian menjauh dan terukir adanya jarak di antara kita."

– Hanna –

🌸🌸🌸

Tubuh Hanna malas untuk berangkat ke sekolah hari ini. Di sekolah pastinya akan bertemu dengan cowok yang semalam membuat Hanna malu di cafe. Tetapi, jika tidak sekolah Rendi pasti akan marah padanya.

Di dalam mobil, Hanna banyak diam, tidak mengoceh seperti biasanya pada Rendi atau sekadar menanyakan hal-hal yang membuat Rendi merindukan masa-masa dulu bersama mantan istrinya.

Kepala Hanna, ia miringkan menghadap ke kaca mobil. Melihat kendaraan yang berlalu lalang sambil menyandarkan kepalanya pada punggung kursi mobil. Raut wajahnya tampak lesu, tidak bersemangat.

Kenapa Farhan kemarin jadi berubah ya, sikapnya agak dingin sama gue. Batin Hanna, pikirannya ternyata tertuju pada makhluk Tuhan satu itu.

Sampai gadis cantik dengan kepalanya yang terbalut hijab syar'i berwarna putih dengan logo SMU Pelita itu tak sadar jika mobil papanya sudah sampai di depan sekolahnya.

"Hanna, sudah sampai, Nak. Apa kamu masih ingin tetap duduk di dalam mobil?" tanya Rendi menetap anaknya yang masih terdiam.

"Hanna, kamu sakit?" Tangan Rendi menyentuh dahi putrinya. Tidak demam, tapi mengapa putrinya tidak memiliki semangat untuk bersekolah?

"Nggak apa-apa, Pa. Makasih udah nganterin Hanna. Hanna pamit sekolah dulu ya, Pa." Tangan Hanna meraih tangan kanan Rendi dan mencium punggung tangan papanya.

"Nanti Papa jemput ya, kebetulan nanti Papa pulang jam dua. Sekolahnya bubar jam segitu 'kan?"

Hanna hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Assalamu'alaikum, Pa. Hati-hati di jalan," salam Hanna, kemudian membuka pintu mobil lalu keluar dan menutup kembali pintu mobilnya.

Ia berjalan memasuki gedung sekolah dengan gontai. Benar-benar Hanna tidak ada gairah untuk bersekolah hari ini.

Kejadian kemarin, hari ini terulang kembali. Pemandangan yang membuat Hanna ingin kabur saja. Tapi, lagi-lagi Hanna berhenti sambil menunggu Winda yang sedang berjalan berdampingan dengan laki-laki yang telah membuat hati Hanna terisi namanya.

"Assalamu'alaikum, Hanna," ucap Winda dan Farhan nyaris bersamaan.

"Wa'alaikumussalam," jawab Hanna.

"Win, aku ke kelas duluan ya," pamit Hanna langsung pergi tanpa ingin mendengarkan jawaban dari Winda atau obrolan lainnya yang membuat hati Hanna sakit.

Winda yang merasa sikap Hanna sedikit berubah pun bingung.

"Hanna kenapa ya?" tanyanya entah pada siapa.

"Entah. Kalau gitu aku duluan ya, Win, karena harus ke ruang rohis dulu," ucap Farhan pamit pada Winda.

"Oh, iya." Dan Farhan pun berlalu dari hadapan Winda.

Kedua temannya pergi, Winda pun ikut menyusul ke kelasnya.

Beberapa menit berlalu, jam pelajaran pertama dimulai. Guru mapel yang mengisi kelas XII  IPA 2 datang ke kelas dan pelajaran Biologi dimulai.

Bu Dina selaku guru biologi, sedang menjelaskan materi di papan tulis. Para murid seisi kelas mencatat materi apa yang disampaikan oleh Bu Dina.

Tiga jam telah berlalu, pelajaran biologi pun usai dan bel istirahat berbunyi. Para siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Kebanyakan dari mereka langsung menuju ke kantin.

Hanna [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang