15 || Salah Paham

3.2K 320 3
                                    

"Apa fungsinya mulut untuk bertanya dengan apa yang sebenarnya terjadi. Jika kamu menilai melalui telinga?"

– Hanna –

🌸🌸🌸


Setelah mendengar percakapan antara Farhan dan Winda di ruang OSIS, itu benar-benar membuat Hanna kini kehilangan konsentrasinya.

Bu Dian, selaku guru fisika itu tengah menjelaskan rumus-rumus di papan tulis. Namun, fokus Hanna tidak tertuju pada materi yang dijelaskan oleh Bu Dian.

Satu tangannya menopang dagu dengan tatapannya tertuju ke papan tulis tapi pikirannya bukan pada materi.

Winda yang menyadari Hanna melamun di sampingnya itu, menyenggol lengan Hanna pelan.

Kesadaran Hanna tidak sepenuhnya hilang, ia menoleh ke samping menatap Winda tanpa minat.

"Kamu jangan ngelamun, nanti kalau kena hukum sama Bu Dian gimana?" bisik Winda.

Hanna mengacuhkan omongan Winda, tangan kanannya terangkat ke atas dan ditangkap oleh penglihatan Bu Dian.

"Iya, Hanna, kenapa?" tanya Bu Dian.

"Saya mau izin ke toilet, Bu."

"Baiklah, sepuluh menit dari sekarang." Hanna mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya berjalan ke arah toilet perempuan.

Farhan melihat tingkah aneh Hanna membuatnya curiga. Tidak biasanya Hanna memiliki banyak pikiran, sampai tatapannya kosong seperti yang ia lihat.

***

Di dalam kamar mandi, Hanna menatap pantulan dirinya pada cermij berukuran cukup besar di kamar mandi.

"Emang gue se-nggak perfect itu apa sampai-sampai si Farhan nikahin gue tapi cintanya sama Winda," ujarnya.

Hanna tau jika dirinya dibanding dengan Winda itu bagaikan langit dan bumi. Jauh.

Namun, tipe orang seperti Farhan, apa iya berani mendua? Ah, jika dilihat dari latar belakang keluarganya, seperti tidak mungkin Farhan akan seperti itu. Tapi, beda lagi jika memang dia berniat untuk berpoligami.

Eh!

Hanna menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memejamkan mata. "Astaghfirullahaladzim, kenapa gue mikir begini."

"Nggak boleh, nggak boleh. Eh, t–tapi kalau memang Farhan dan Winda ada hubungan spesial di belakang gue gimana?" pikir Hanna.

Mulai ngawur pikiran Hanna saat ini, sudah menjalar kemana-mana.

Kriiingg

Padahal baru sepuluh menit Hanna meminta izin pergi ke kamar mandi, bel istirahat sudah berbunyi. Dan, Hanna akhirnya keluar dari kamar mandi untuk menuju ke kelasnya kembali.

Baru saja keluar dari kamar mandi, sudah dicegah oleh seseorang dan membuat Hanna terkejut.

"Astaghfirullah, lo, ngagetin gue aja sih," kesak Hanna pada Farhan yang menunggunya di depan kamar mandi namun, tidak tepat di depan kamar mandi perempuan.

"Maaf."

Hanna mengembuskan napas pelan.

"Mau ngapain?" tanya Hanna.

Hanna [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang