10 || Persiapan

2.5K 333 2
                                    

"Mahar pernikahan itu tidak harus yang mewah. Yang penting tidak memberatkan pihak laki-laki dan tidak merendahkan pihak perempuan."

– Hanna –

🌸🌸🌸


Bertepatan dengan hari Minggu, sekolah libur. Hanna dari jam sembilan pagi sudah di telpon oleh Farah—bunda Farhan.

Dari itulah, Hanna terburu-buru melaksanakan ritual mandinya, mencari baju, berias sederhana. Sampai-sampai Hanna melupakan sesuatu, ia tidak memakai gamis melainkan memakai kaos berlengan pendek dengan memakai deker hitam panjang sebagai dalaman serta memakai celana jeans dia atas mata kaki. Dan satu hal yang paling penting, Hanna lupa tidak memakai hijab.

Jika Rendi sampai mengetahui kelakukannya ini, sudah habis Hanna. Tapi, untung saja Rendi sudah pergi ke pesantren selepas salat subuh.

Sekarang Hanna sedang berada di sebuah mall besar yang berada di Jakarta bersama Farah, adiknya Farhan yang masih berumur 7 bulan dan bersama Farhan tentunya.

"Hanna, kamu mau mahar apa?" tanya Farah dengan penuh kelembutan.

"Terserah saja, Tante, yang penting kata Papa itu tidak memberatkan pihak laki-laki dan tidak merendahkan pihak perempuan," jawab Hanna kalem.

Farhan dan Farah yang mendengarnya pun tertegun. Karena meskipun Hanna anaknya sedikit bar-bar, namun ia dapat menangkap apa yang disampaikan oleh papanya.

Farah tersenyum dan membelai rambut panjang Hanna dengan lembut.

"Ya sudah, kita ke tempat perlengkapan pernikahan ya," ajak Farah, Hanna hanya mengangguk patuh saja.

Sementara Farhan, laki-laki yang memiliki postur tubuh sedikit tinggi dari Hanna itu mengikuti kedua wanita ini pergi.

Ceritanya si Farhan itu bodyguard guys.

Mereka pun telah berada di sebuah tokoh perlengkapan pernikahan. Farah, Hanna dan Farhan tengah melihat semua barang-barang di sana.

"Kamu mau yang mana, Sayang? Pilih aja nggak apa-apa," tanya Farah pada Hanna.

Hanna sedikit bingung memilih maharnya, karena yang ia inginkan tidak semuanya di toko ini.

Sebenarnya yang gue mau itu mahar surah Ar Rahman. Tapi, gimana cara ngomongnya. Batin Hanna dengannya sedikit melirik Farhan yang tengah melihat berbagai Al Qur'an di sisi kirinya.

Matanya langsung terpaku pada Al Qur'an kecil dengan tudung berwarna putih-pink, bibirnya sedikit tertarik ke atas. Hanna beralih untuk melihat Al Qur'an tersebut, tangannya terulur untuk mengambilnya namun berbarengan dengan Farhan yang juga ingin mengambil Al Qur'an itu. Sehingga terjadi tragedi tangan Farhan yang berada di atas tangan Hanna.

Mereka berdua lalu beradu pandangan sebentar, dan lagi-lagi Farhan memutuskan kontak mata dengan Hanna. Lalu, segera tangannya ia tarik kembali.

"Mau itu?" tanya Farhan.

"Ha?"

Kesadaran Hanna sedikit oleng karena kejadian yang baru saja terjadi.

"Mau mahar itu?" Farhan justru memperjelas dengan menyebutnya 'mahar.'

"Bo-boleh," jawab Hanna dengan gugup.

Farhan mengangguk, tangannya menengadah ke arah Hanna.

Kening Hanna sedikit bergelombang. "Apa?" tanyanya.

"Al Qur'an-nya, mau di masukkin ke list."

"O-oh, nih." Hanna menyerahkan Al Qur'an tersebut pada Farhan dan ia membalikkan badannya membelakangi Farhan.

Hanna [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang