Saat ini Cakra dan pak Tejo sedang duduk di Warkop milik Bu Jubaedah.
Warkop langganan mereka yang menjual berbagai menu dengan harga ya murah meriah.
Berbagai jenis kopi, teh, gorengan dan juga nasi lengkap dengan seluruh lauk pauknya.
Ini semua karna permintaan Cakra yang tidak jadi untuk pulang.
"Pak"Cakra memanggil pak Tejo yang sedang menyeduh kopi hitam miliknya namun tak kunjung mendapat balesan dari sang lawan bicara.
"BAPAKKKK!!!"
"BSYUHHHHH" pak Tejo menyemburkan kopi yang sedang bersenandung ria di dalam mulutnya.
Dirinya kaget saat Cakra berteriak memanggilnya tepat di telinga kanannya.
"Huekk bau tai"Cakra bergaya seperti orang yang ingin muntah.
Pletak
"Aw kdrt mas Tejo"Cakra meringis kesakitan sambil mengelus kepalanya.
"Sembarangan kamu, masa iya" pak Tejo mencium aroma yang ada di wajah Cakra.
Dan benar saja dirinya pun mencium bau tidak sedap di sana.
"Haha gapapa itung itung ngelatih Indra penciuman kamu gataunya masih tajem kek anjing" jawab pak Tejo enteng sambil terkekeh.
Puk
"Iyadong anjing siapa dulu bapaknya" pak Tejo melotot tidak terima.
Apa maksud perkataan anaknya ini kenapa jadi dirinya yang kena.
"Kamu nyamain bapak kek anjing ha!?" Cakra cengengesan di tempatnya.
"Engga, Cakra ga ngomong gitu kok"elaknya.
"Masa iya ganteng gini mirip anjing, jelas jelas mirip Riski Febian anaknya kang Sule persi tua nya"ujar pak Tejo sambil menyisir rambut nya yang hanya tersisa di samping saja.
Tau botak tengah gak lu pada?
Pokoknya gitu lah:v"Busettt pede benerrr"Cakra terkekeh di tempatnya.
"Loh emang iya coba kamu samain"
"Kita udah kaya adek kakak"
"Terserah bapak aja dahh mo mirip siapa kek terserah apasi yang engga buat bapake" balas Cakra.
"Oh iya pak"
"Naon?" Pak Tejo menatap putranya sekilas.
"Ntu bapa bapa tadi sapa si?"
"Ohh biasa mo ngehancurin lahan buat naro semen sama batu di atasnya"ujar pak Tejo sambil meminum kembali kopinya.
"Maksudnya gimana pak kagak paham dah"Cakra menggaruk jidatnya.