07. interaksi

30 3 1
                                    

Seorang pria dan wanita yang duduk dibelakangnya tengah mengendarai motor memecah padatnya Jakarta sore ini, pasalnya jam-jam ini merupakan jamnya para pekerja/karyawan untuk kembali ke rumah masing-masing.

Setelah beberapa menit perdebatan, Rara mengalah saja mengikuti kemana pria didepannya akan membawa dirinya. Menunggu angkutan umum pun sia-sia sedari tadi tak ada yang muncul di penglihatannya.

Mereka sampai di sebuah cafe yang di desain ala kekoreaan sesuai dengan minat trend pengunjung saat ini. Cafe itu bercat putih dengan kursi dan mejanya yang terbuat dari kayu serta beberapa pajangan foto/lukisan di dindingnya sesuai untuk foto-foto sekedar mempostingnya di snapgram.

Didalam sana sudah ada Putra, Bryan, Zidan, dan Devan yang sudah duluan mencari tempat, tak disangka oleh Ken tempat seperti ini yang dipilih mereka. Karena biasanya jika nongkrong atau berkumpul pasti mereka memilih cafe yang suasananya tidak terlalu cerah.

"Kirain lo gajadi Ken, lama amat" ucap Putra membuka percakapan setelah Ken dan Rara duduk di kursinya.

Kenzie tak menjawab apapun.

"Gimana Ra? Lo suka cafe nya kan? Dari penelusuran sama para mantan gue, cewe-cewe biasanya suka yang ala-ala kekoreaan" oceh Bryan.

"Ga suka" jawab Rara.

Bryan merungut bagaimana bisa Rara tak menyukainya, sementara yang lain tersenyum kecil melihat Bryan yang tampaknya gagal merayu Rara. Bukannya apa, berdasarkan pengalaman yang sudah sudah, biasanya para cewe langsung terpikat padanya tapi Rara beda.

"Yauda mau pesen apa nih?" tanya Putra sambil membagikan buku menu agar mereka bisa membacanya.

"Gue ice cappucino aja, yang medium" ucap Ken.

"Oke gue samain aja deh" Putra menginterupsi.

"Dan lo Ra, pesen apa?" tanya Putra lagi.

"Americano"

"Uhuk, se—rius?" Bryan terkejut sepertinya yang lainnya juga sama, bukankah americano adalah kopi pahit selera bapak-bapak ataupun orang stres.

"Itukan pahi-" sambung Bryan tapi terpotong.

"Gue tau, gue suka itu" balas Rara tanpa dosa, tak bisa dibayangkan Bryan betapa suramnya kesukaan gadis itu dia saja jika dibayar berapapun tak akan sudi meminum kopi pahit semacam itu.

"Pantes aja hidupnya pait" gumam Ken.

***

Pelayan berkemeja mocca datang memegang nampan berisi pesanan mereka di tangannya.

"Pesan cheese cake 1 ya" ucap Ken sebelum pelayan itu meninggalkan meja mereka.

"Baik" jawab pelayan lalu kembali.

"Denger-denger bentar lagi ada turnamen antar provinsi ya, gue liat postingan gubernur di ig" Zidan membuka mulutnya.

"Gabut amat lo, stalking ig gubernur" celetuk Bryan sambil menyedot minuman milik Zidan.

"Dih jorok anjir bekas mulut lo bau jigong!" protes pemilik minuman tersebut.

"Enak aja, gue gosok gigi 5 kali sehari!" Bryan tak terima dirinya dihina.

"Udah nih" Devan memberikan sedotan baru di sebelah tempat dia duduk ke Zidan agar tak membuat keributan lebih lagi.

"Iya gue juga tau, dan kabarnya lagi yang menang bisa ngewakili *asian games" Putra mengalihkan pembicaraan ke topik utama.
*pertandingan olahraga antar asia tenggara

"Kapan?" tanya Ken seraya menyeruput ice cappucinonya sampai setengah gelas.

"Tanggal 27 bulan depan" ucap Putra lagi.

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang