11. kesal

21 2 0
                                    

Deru khas motor Kenzie pastinya terdengar oleh murid-murid disana, namun kali ini berbeda. Indra penglihatan siswa siswi menangkap seseorang di jok belakang yang biasanya tak berpenghuni.

"Eh itukan, duo mostwanted Bhinabakti!?"

"Hah iya tuh tumben, pacaran kah?"

"Wah ini sih gosip besar!"

"Udah gue bilang kan, aturnya turun di gerbang aja!" bentak penumpang dibelakang namun berbisik.

"Nanggung, bodoamatlah" pengemudi yang mengalihkan perhatian para murid tiap saat tengah membuka helm fullface nya lalu menggelengkan kepala dengan maksud merapikan rambutnya.

"Dih sok narsis" cibir gadis dibelakang, turun dari motor hendak membuka helm namun sepertinya ada sesuatu yg tersangkut.

"Ha? lo ngomong barusan?" Ken menyadari jika gadis didepannya kesulitan.

"Nggak"

"Oh oke" dia melenggang pergi.

"Eh kok cewenya ditinggalin anjrit bukannya dibantuin"

"Hahaha udah gue duga si, mungkin aja mereka cuma ketemu dijalan"

"Hampir mau patah hati se-SMA"

"Dasar cowo sinting! gaada akal! seenggaknya bantuin kek arghh asdfjklshl!" Rara mengumpat dalam hatinya seraya mencoba melepas helm sialan ini dengan tidak santai.

Kenzie tak langsung masuk ke kelas, melainkan ngacir ke basecamp alias kantin. Selama perjalanan ke kantin tak habis-habis gosipan terdengar di telinganya.

"Hey wassap bro!" sapaan pertama Bryan pagi ini.

"Serius lo Ken, otw bareng Rara?" tanya Putra.

"Oh pantes kemaren nyangkal soal— ah jadian ga bilang-bilang sih anjrit, sekarang traktir bakwan!" omel Bryan.

"Cih, kebiasaan dikit-dikit gosip" Kenzie menyahuti temannya.

"Jadi?" tanya Zidan langsung.

"Bunda gue deket sama dia, kebetulan kemarin jumpa jadi ya bisa lo simpulkan sendirilah" jelas Ken.

Dua hari sebelumnya,

Keduanya terdiam menatap mawar berwarna merah muda yang jumlahnya lebih banyak dibanding yang lainnya.

Memori Kenzie memutar suatu hal yang sama beberapa saat lalu di otaknya.

Begitupun gadis disamping, tampak aneh kerap kali melihat orang menyebalkan didepannya selalu muncul. Terbesit pikiran singkat, apa urusan lelaki itu di rumah sakit ini.

Rara meletakkan penyiram tanaman disamping pot bunga kemudian membalikkan badan hendak pergi dari sana.

Dari belakang Kenzie juga hendak meninggalkan rooftop ini.

"Ngapain lo ikut ikut hah?" hardik Rara pelan.

"Dih ge-er lo?" respon orang dibelakang.

Rara berhenti memalingkan wajah dan menaikkan alis sebelahnya.

Kenzie berjalan santai menghindari Rara yang tiba-tiba berhenti, "Gue mau ke ruangan bunda gue" Ken memimpin lebih dulu.

Rara bodoamat saja dan ber oh ria dibelakang.

Mereka berjalan tanpa interaksi sedikitpun, hanya decitan sol sepatu yang bersuara sebelum sampai ke ruangan yang akan dituju masing-masing.

Belum terpikirkan oleh Rara kebetulan apa yang akan terjadi lagi, hingga dirinya mulai merasa aneh saat menyadari ruangan yang dituju Kenzie.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang