10. rosé

12 2 0
                                    

Mobil sport hitam kesayangan Rei memasuki area parkir rumah sakit, hari ini mood nya sedikit buruk maka warna mobil yang dipakainya hitam ketahuilah jika pria ini memiliki banyak mood juga mobil sport yang tak kalah banyak hanya untuk menyesuaikan moodnya.

Rara melangkah dibelakang Rei, dengan tangan yang saling berpegangan dengan alasan takut jika dia akan kabur lagi.

"Harus ya pegangan gini?" protesnya dibelakang.

"Iya harus"

"Ntar pacar lo marah" gadis itu terkekeh kecil dibelakang, menyinggung kata pacar yang sama sekali belum ada di kamus seorang Reyhardan.

"Gausah banyak bawel deh" cicit pria itu.

"Tapi serius deh, lo emang gamau cari pacar gitu? gue risih ditempelin mulu"

"Kan ada lo" santainya.

"Dih, gue ogah sama om-om" tolak Rara mentah-mentah dan melepaskan pegangan tangan itu.

Rei berhenti, menatap Rara yang lebih pendek darinya, "Bercanda, gue juga gamau sama bocil"

"—bukan tipe gue"

Beberapa langkah setelah pembahasan konyol, mereka sampai di ruangan yang bertuliskan 'spesialis bedah onkologi'.

Rara menatap tulisan itu beberapa saat sebelum Rei memulai membuka kenop pintu, pria itu meyakinkannya. Hingga seorang pria yang seumuran dengan Rei berjas putih ciri khas dokter menghampiri mereka.

"Ini pasien VIP yang gue bilang" ucap santai Rei pada dokter itu.

Ezra Sanjaya, name tag persegi panjang berwarna putih yang berada di meja duduknya.

"Lo periksa hati-hati, ntar kalo ada yang luka bisa berabe dibuat bodyguardnya" tambah Rei.

"Dih apa sih lebay"

Ezra tertawa melihat perdebatan kecil itu.

"Ken, ga latihan hari ini?" tanya Putra.

"Gue skip deh, mau jenguk bunda"

Putra mengangguk paham, Kenzie menyalakan motornya meninggalkan sekolah.

Ditengah lampu merah, pandangannya menangkap penjual buket bunga didepan sana. Teringat jika bundanya sangat menyukai bunga.

Mawar putih, favoritnya.

Tapi tidak untuk sekarang, bunga filosofi kemurnian cinta malah justru menjadi alasan kehancuran cinta itu sendiri.

Pikiran tentang masalalu itu kembali menyelimuti kepalanya. Dia menarik gas motornya berusaha menghilangkan pikiran tak berarti itu.

Semu, tak berujung.

Tentu saja tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah sakit tempat dimana sang bunda dirawat dengan kecepatan diatas rata-rata.

Kenzie merapikan sedikit rambutnya yang berantakan dan masuk. Sebelum itu lupakan saja ranselnya, dia meninggalkan benda berisi buku-buku diatas jok motornya.

Tak akan ada yang mencuri buku pelajaran.

"Assalamualaikum bunda"

Sepi, tidak ada siapapun hanya bunga mawar merah muda yang masih segar di atas lemari kecil samping brankar.

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang