04. stuck with u

42 7 1
                                    

Dua insan maksudnya pria dan wanita yang sedang meratapi nasib mereka sekarang tengah duduk dengan jarak yang berjauhan, Rara di brankar dan Ken masih stay di kursinya.

"Lo lakuin sesuatu dong!" gerutu Rara memecah keheningan sial ini.

"Apa?" Ken balik bertanya.

"Ya cari bantuan lah, telpon temen-temen lo, teriak kek, atau dobrak sekalian pintunya percuma rank 1 tapi ga guna"

"Gue gamau ngelakuin hal sia-sia"

"Sia-sia? Bahkan lo aja belom ngelakuinnya!" bentak Rara.

"Pertama, gue gabisa telpon siapapun karena hp gue lowbat"

"Salah lo sendiri lah malah main game gajelas!" potong Rara.

"Kedua, kalo teriak gaakan ada yang denger karena ruangan ini jauh dari ruang kelas para murid, juga para guru. Dan gaada murid yang kesini karena rumor daerah ini angker" jelasnya tak memerdulikan Rara yang sedang ice mosi.

"Ya tapi-" ucapan Rara terpotong.

"Ketiga, pintu ini gabisa di dobrak. Dan ini juga salah lo, lo yang ngebanting pintu ini kan?" tukas Ken.

Rara terdiam sejenak, ada benarnya memang jika ini salah dia namun bukan berarti lelaki itu benar dia tidak terima hanya dirinya yang disalahkan.

"Arghhh, gue gamau terkurung disini apalagi sama lo!"

"Gue juga" balas Ken singkat.

***

"Eh btw si Rara kok ga balik-balik ya, padahal bentar lagi bel pulang loh" bisik Jo pada Salsa sebangkunya.

"Belum kelar kali, kan ruangan itu jarang dibersihin" jawab Salsa ber positif thinking.

"Pssttt, Zid Rara kok belum balik" bisik Jo lagi pada Zidny sebangkunya Rara. Zidnya mengangkat bahunya tidak tau.

"Apa mungkin di rooftop kali ya, kan dia sering kesana" pikir Jo.

"Maybe" tambah Zidny.

Benar saja setelah 10 menit percakapan gadis-gadis itu bel berbunyi dengan nyaringnya. Seluruh murid merapikan alat tulis dan barang bawaan mereka memasukkannya kedalam tas, ada juga yang meninggalkannya di laci meja dengan alasan malas membawanya tak jarang ketika razia banyak barang disita.

"Chat Rara aja soalnya gue ada janji nih jadi mau duluan" ucap Zidny pada dua temannya.

"Lo mau kemana?" tanya Salsa.

"Mall Green Town" jawab Zidny yang telah selesai merapikan buku-bukunya ke dalam tas.

"Ngapain?" heran Jo, Zidny adalah type wanita yang ingin instant biasanya dia paling malas ke mall untuk shoping kecuali kalo nonton bioskop deh baru dia mau selain itu mungkin dia berbelanja melalui aplikasi online juga memesan makanan melalui aplikasi online.

Zidny tak menjawab hanya melemparkan cengirannya, teman-temannya tau apa arti cengiran itu. Ya pasti dia mau meet with her boyfriend! Fyi aja Zidny menjalani hubungan jarak jauh atau LDR bahasa trendnya dia dan pacarnya baru bisa bertemu beberapa bulan sekali.

"Gue ikut deh" timpal Salsa.

"Mau jadi baygon lo?" Jo mengejeknya.

"Dih nggak! Gue mau beli sesuatu jadi sekalian aja sejalan" Salsa memberi alasan tak terima dirinya diejek, Jo dan Zidny terkekeh saja.

"Yaudah duluan ya Jo bye bye" Zidny mengatakan kata itu sebelum dia dengan Salsa pergi.

"Dasar bucin" Jo tersenyum melihat tingkah sahabatnya sebelum dia meninggalkan kelas dia mengetik sesuatu di handphonenya.

"Rara"

"Ra gue duluan ya sorry gabisa nunggu lo karena gue latihan"

"Salsa sama Zidny juga mau ke Mall"

"Lo jangan kelamaan di rooftop ntar kerasukan"

Setelah deretan pesan-pesan itu terkirim dia meninggalkan kelas yang sudah sepi. Sebuah getaran datang dari laci salah satu meja, laci Rara ya handphonenya tertinggal disana hm.

***

"Heh diem aja lo"kini Ken yang membuka suara setelah perdebatan sebelumnya.

"Berisik lo"jawab Rara ketus.

"Jaga-jaga aja" ledek Ken yang dibalas dengan lirikan sinis Rara.

Rara mengecek jam tangannya, sudah pukul 14.25 harusnya dia meminum obatnya tepat pada pukul 14.00 tadi yasudahlah masa bodo. Tapi dia mengurungkan pikirannya mengambil beberapa obat dari pouch kelabu untungnya dia membawa tumblr yang baru saja dibelinya kemarin.

Dia tak memikirkan apa yang akan dikatakan pria songong itu, sebab ini lebih baik daripada terjadi sesuatu padanya nanti yang bakal merepotkan pria itu juga. Dia benci dikasihani dan harus berhutang budi pada oranglain.

"Kenapa lo ga ngasih tau papa lo sendiri?" tanya Ken lagi, entahlah biasanya dia terus membungkam mulutnya sepanjang hari tetapi kali ini berbeda dia terus berbicara pada gadis itu padahal dia hanya akan berbicara secukupnya pada wanita selain ibu dan adiknya.

"Bukan urusan lo"

"Ibu lo juga gatau kan?"

Rara terdiam mendengar kata itu, kata 'Ibu' ada banyak hal yang dia benci di dunia ini beberapa diantaranya yaitu dikasihani atau berhutang budi dan mendengar 'Ibu' orang yang sangat dibenci.

"Orang itu-"

"Udah meninggal"

Kenzie diam merasa bersalah karena telah mengatakan hal yang seharusnya bukan urusan dia, dia melihat mata gadis itu dari jauh melalui tatapannya Ken tau bahwa tatapan itu memiliki arti kebencian, mungkin ditujukan pada pernyataan sebelumnya semua teori itu memenuhi kepala Ken.

"Gue harap lo ngerahasiain ini"

"Karena gue gamau pandangan orang-orang berubah"

"Gue benci dikasihani" Rara tetaplah Rara, gadis arogan menurut Ken namun bagi dirinya sendiri itu suatu cara menghabiskan hidup dengan bertindak sesukanya. Cara yang mungkin salah, tapi tidak bisakah semesta berpihak padanya sebentar lagi?

"Setelah ini juga lo harus bersikap seperti biasa seolah lo gatau apapun tentang gue" ucapnya lagi Ken masih diam mendengarkannya, menunggu pertolongan, keajaiban, atau mukjizat lainnya datang agar pintu segera terbuka.

"Dunia ga selalu baik, jangan pernah berharapan tinggi" sahut Ken.

"Soal rahasia itu gue juga terlalu sibuk untuk nyebarin ke orang-orang" Dia membuka suara lagi.

"Gue tau, makanya gue gapernah berharap apapun" Rara menanggapi perkataan pria itu.

"Berharap boleh asal tau batasan untuk hal yang lo harapkan" sela pria itu.

TBC

hai:)

capek ya? sm kok aku juga hoho

capek ngerjain tugas ga kelar kelar

*curhat

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang