09. rain

25 2 0
                                    

"Hai cantik-"

Rara membuka matanya menoleh ke sumber suara, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kenapa ga datang kemarin? lo ga lupa minum obat kan, kalo gini terus lo harus ikut gue ke rs"

"Apasih lo dateng-dateng bacot" semprot Rara, sementara pria yang ber-profesi sebagai dokter didepannya menghela nafas lelah.

"Kayanya bener gue kena karma deh" ucap pria yang baru datang, menutup setengah pintu dan mendekati gadis yang terbaring diatas brankar.

Rara menautkan alisnya, "Hah?"

"Dulu waktu koass gue pernah ngejek temen gue yang dokter karena dapet pasien ngeyel"

"So?"

"Batu banget ya lo, gue nyindir lo supaya jangan ngeyel kalo dibilangin" Rei menyentil dahi Rara yang dibalas ocehan setelahnya.

"Itukan karma lo jadi nikmatin aja, gue bodo amat"

"Oh oke, gue telepon bokap lo ya kasih tau semuanya" mengambil ponselnya mencari nomor telepon orang yang disebut.

"Dia sibuk, gabakal jawab telepon lo" cetus Rara seraya memperhatikan coretan murid yang iseng tembok bercat putih.

"Siapa tau, kan belum dicoba"

"Hahaha dia aja gaada waktu buat jawab telepon anaknya sendiri, but ya silahkan tes aja"

Rei melihat gadis didepannya dengan tatapan haru, dia tau bagaimana sosok keluarga gadis itu mereka terbilang cukup dekat setelah saling menceritakan kisah masing-masing.

Pria itu maju selangkah lalu menggendong gadis didepannya ala bridal style tanpa persetujuan sang gadis. Tentu saja mendapat penolakan dari sang gadis namun sayang usahanya sia-sia.

"Turunin gue bego!"

Pria itu menghela nafas setelah mendapat caci makian, sudah biasa baginya mendengar hal tersebut padahal usianya lebih tua dari sang gadis tetapi tak merubah apapun.

"Lo harus ke rumah sakit, gue maksa!" ucap pria 20 tahunan itu dengan tegas.

"Kalo gamau?"

"Sama aja, tetep gue bawa lo ke rs sambil kaya gini"

"Turunin gue anjir, nanti kalo ada yang liat pada salah paham!"

Mereka berdebat didepan ruang uks, untung saja suasana sepi karena jam pelajaran sudah berlangsung. Akan tetapi sepasang mata melihat pria dan wanita yang berdebat sambil bergendongan.

Tuk. tuk. tuk.

Suara sol sepatu terdengar jelas, terlihat seorang pria yang menuruni anak tangga mendekat ke dua orang itu.

Refleks, Rei menurunkan Rara karena terkejut hampir membuat gadis itu terjatuh untunglah berhasil dibantu oleh Rei lagi.

"Apaan sih lo!"

"Maaf maaf" Rei memeriksa apakah ada yang terluka akibat ulahnya namun ditepis oleh Rara.

Pria satunya sudah sampai ke anak tangga terakhir, menatap dua orang didepannya dengan tatapan tajam ciri khasnya selama beberapa detik lalu beralih pandang dan pergi.

Setelah pria tadi melangkah jauh mereka juga berjalan meninggalkan tempat ini.

"Pacar lo?"

"Hah—bukan gila!"

"Oh hm?tapi kenapa timingnya kaya lagi keciduk selingkuh aja"

"Kebanyakan micin ga bagus buat otak lo, pak dokter"

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang