🔘 Sidang

287 60 4
                                    

Tangan Enara gemetar dan keningnya berkeringat. Malam ini dia masuk penjara lagi setelah tadi siang dia sibuk menjadi dayang pribadi sahabatnya.

Gadis itu menghela napasnya kasar dan memijat pelipisnya karena kepalanya yang begitu terasa nut-nutan.

"Tuhan, rasanya gue pengen pulang malam ini aja," gumamnya sedih dan mengelap wajahnya kasar. "Gue anak baik-baik kenapa malah masuk penjara dan memiliki catatan kriminal begini di sini?"

Gadis itu benar-benar kehabisan akal dengan takdirnya yang harus merasa sengsara begini. Enara ingin pulang dan pergi dari dunia ini.

"Enara."

Enara menoleh dan tersenyum tipis ketika melihat Rezka yang ada diluar jeruji kayu penjara.

"Ngapain lagi ke sini? Kurang kerjaan banget ya." Meskipun mengomel tak jelas, Enara merangkak mendekati Rezka dan menatap laki-laki itu.

"Besok sidang kamu," ujar Rezka dan Enara mengangguk.

"Iya tahu."

"Muka kamu kenapa pucet banget?" tangan Rezka terangkat untuk menyentuh wajah Enara yang terasa panas. "Kamu sakit?" ada semburan khawatir setelah mengetahui suhu badan Enara yang meningkat.

Enara tersenyum tipis. "Gak papa, cuma agak pusing aja dikit."

"Apa perlu aku panggilkan tabib?" Rezka benar-benar khawatir saat ini, apalagi wajah Enara yang terlihat pucat.

"Jangan lebay deh, Sim. Aku gak papa," ujar Enara lagi dan menyentuh tangan Rezka yang ada dipipi kanannya. "Hangat."

Rezka hanya diam dengan tatapan yang tak beralih dari wajah Enara yang membuatnya khawatir.

"Sepertinya kau butuh istirahat. Tidurlah aku akan berjaga untukmu."

Enara mendongak sedikit dan tersenyum kemudian mengangguk.
"Gak masuk lagi?" tanyanya tanpa malu.

"Aku sedang tidak memegang kunci penjara. Maka aku akan berjaga di sini. Kau tenang saja."

Enara mengangguk dan sedikit menjauh kemudian merebahkan tubuhnya di karpet anyaman yang tidak seberapa itu.

"Kasik Rezka."

"Hem?"

"Terima kasih sudah percaya dan selalu mendukungku." Enara menatap Rezka dengan senyumannya yang membuat Rezka hanya diam tanpa berkedip.

Gadis di hadapannya ini kenapa masih terlihat imut. Padahal wajahnya saja terlihat sangat pucat.

"Tidurlah dan isi energimu untuk sidang besok."

Enara mengangguk lagi dan memejamkan matanya mencoba untuk tidur. Beristirahat untuk badannya yang sejak kemarin memang sudah tidak enak.

***

Enara hanya bisa menundukkan kepalanya dengan tangan yang saling menggengam satu sama lain. Keringatnya meluncur deras di pelipisnya.

Gadis itu sudah berdiri tepat di hadapan singgah sana Raja Mahadava dan meminta klarifikasi dari masalah kemarin.

Raja Mahadava terlihat begitu tegas dan penuh bijaksana. Rahangnya kokoh dan badannya tegap. Matanya menghunus tajam ke arah Enara yang membuat nyali Enara seketika meleot.

"Jadi bagaimana? Apa penyelidikan sudah selesai?" tanya Raja Mahadava menatap antek-anteknya meminta penjelasan yang pasti.

Seorang perdana menteri maju selangkah dan menundukkan kepalanya memberikan salam.

"Saya berusaha menyelidiki semuanya, Yang Mulia."

Another World [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang