🔘 Anak Kecil

266 53 7
                                    

Sebelum membaca sebaiknya tekan bintang terlebih dulu.

Ada yang masih menunggu updatenya tidak?

Kasih kupu-kupunya 🦋

💋💋💋

Udara pagi yang cukup sejuk, membuat Kinasih menarik napas dalam-dalam, mengambil pasokan udara sebanyak-banyaknya. Ia tersenyum menikmati pagi hari ini di balkon kamar Alaska.

Gadis itu menatap matahari yang perlahan mulai menampakkan sinarnya, bersiap menyinari dunia pagi hari ini. Suasana pagi ini juga cukup cerah, menambah kesan indah Kerajaan Silimender meski ada beberapa bagian depan kerajaan yang sedikit rusak karena serangan Mondara kemarin.

Kinasih masih diam, memejamkan matanya, dan lagi-lagi menarik napas cukup dalam. Ia ingin menikmati kesejukan pagi ini, sebelum dihadapkan dengan aktivitas berikutnya.

Sebuah tangan melingkar pada pinggang Kinasih, membuat sang empunya terlonjak kaget.

"Tak membangunkanku, hm?"

Suara berat itu. Sialan. Kenapa sopan sekali masuk ke dalam telinga Kinasih, sih? Suara Alaska yang serak ala-ala orang bangun tidur, menggetarkan jantungnya. Hawa dingin semakin menusuk tulang-tulang Kinasih. Kenapa suhu udara jadi terasa seperti di kutub sekarang?

"A-aku melihatmu tidur cukup pulas. Tidak tega ingin membangunkanmu."

Alaska diam, ia semakin mengeratkan pelukannya pada Kinasih, menenggelamkan kepalanya pada pundak gadis itu.

"Pangeran, lukamu ...," kata Kinasih, mengingat luka sayatan pedang yang masih terbilang sangat baru pada dada Alaska.

"Tak apa."

Kinasih geming, menikmati udara pagi dengan Alaska yang memeluknya tak pernah sama sekali terbesit dalam benaknya. Gadis itu membiarkan Alaska memeluknya di hadapan semburat mentari pagi yang semakin menguning.

Rasa penasaran Kinasih akan satu hal ini sepertinya tak dapat lagi ia bendung lama-lama. Mengumpulkan kekuatan keberaniannya, ia berkata, "Pangeran ...."

"Hm?"

Kinasih menelan ludahnya susah payah. Hanya dehaman, namun mampu melemaskan tulang-tulangnya.

"Ada apa?" tanya Alaska karena Kinasih tak kunjung berbicara, bahkan sang pangeran itu sudah mengangkat kepalanya sedikit.

"Boleh aku bertanya satu hal padamu?"

"Tanyakan."

"A-apa kau mencintaiku?"

Kinasih meringis setelah mengatakannya, menanti jawaban apa yang akan keluar dari bibir seorang Pangeran Mahkota yang semenjak beberapa hari yang lalu resmi menjadi suaminya.

Alaska mengangkat kepalanya dari pundak Kinasih, melepaskan pelukannya pada pinggang gadis itu, beralih menyentuh pundak Kinasih untuk membalikkan sang gadis agar menatapnya.

Kedua netra itu bertemu, mata bulat Kinasih yang entah mengapa selalu menjadi candu Alaska untuk ditatap. "Menurutmu?"

Sialan, Alaska. Bukannya menjawab, kenapa malah balik bertanya?

"Tidak tau. Makanya aku bertanya," kata Kinasih. Gadis itu sekarang sedikit lebih berani dari sebelum-sebelumnya, meski tadi ia sempat bergetar kala menanyakan hal itu, apakah Alaska mencintainya?

"Ya. Aku mencintaimu."

Kinasih diam, tak bereaksi apa-apa. Gadis itu mencerna huruf perhuruf yang kini masuk bergantian di otaknya. A-k-u-m-e-n-c-i-n-t-a-i-m-u. Satu kalimat, dua kata, dan dua belas huruf yang tersusun itu terucap dengan manis dari bibir seorang Alaska.

Another World [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang