maaf meninggalkan cerita ini begitu lama. semoga masih ada yang baca ya!:) selamat berpuasa~
^^^^
"HI, Siri!"
"Saya di sini,"
"Kenapa orang tidak menyetir?"
"Saya tidak paham pertanyaan anda."
"Kenapa orang berhenti menyetir?"
"Saya tidak paham pertanyaan anda."
"Alasan orang tidak lagi menyetir mobil?"
"Saya tidak tahu."
Ru mengembuskan napas kesal. Dia melempar HP yang dipegangnya itu ke sisi sebelah ranjangnya, percuma saja dia bertanya berulang kali kalau ternyata jawabannya begitu. Benar-benar tidak membantu!
Kemudian kedua Ru menatap ke langit-langit kamar dengan kedua tangan memeluk bantal kecil di dada. Kembali berpikir.
Rajendra jelas punya alasan khusus kenapa dia sampai berhenti menyetir mobil, alasan yang mungkin saja nggak klise dan jauh dalam jangkauan Ru. Karena setahu-nya, anak-anak zaman sekarang—apalagi circle-nya—selalu bangga akan prestasi mereka bisa mengendarai mobil sendiri. Kakak tingkatnya bahkan teman seangkatannya pun sudah banyak yang pakai mobil ke sekolah. Bukan diantar sopir sepertinya.
"Beneran deh, kalau dia nggak bisa bawa mobil gue bakal nyuruh Omen anterin besok. Males banget gue panas-panasan gonta-ganti busway!" Ru berkata sendiri, kepalanya mengangguk meyakini ucapannya. Lalu, dengan cepat tangannya terulur mengambil HP-nya kembali.
"Siri, telepon Rajendra!" ucapnya pada HP. Tak lama layar ponsel Ru sudah berubah dengan nama Rajendra memenuhi layar. Ru membawa HP-nya ke telinga dan menunggu hingga cowok itu mengangkat sambungannya diujung sana.
Tutt... Ru menunggu.
Tutt... masih menunggu.
Tutt... Ru menahan sabar.
Tutt... "So, he ignored my phone call?" katanya mulai sebal.
Tutt... "Awas aja kalau lo nggak—"
"Ya, Ru?"
Senyuman puas tercetak di wajah Ru kala panggilan teleponnya diangkat. Dia berdeham sekali sebelum bicara. "Ke mana aja sih? Lama banget!"
What, kenapa gue malah nanya ini coba? Pake kesel segala pula! Ru meruntuk dalam hati saat apa yang dia ucapkan tidak sejalan dengan apa yang harusnya dia katakan.
"Habis sholat."
"Oh..." Ru mengangguk. Sedikit kaget karena tahu alasan kenapa Rajendra lama mengangkat panggilannya. Dia pikir sebelumnya, cowok itu sengaja nggak mau menggangkat, atau dia sedang mabar game dengan seperti yang kebanyakan cowok lain lakukan. Tapi ini...boleh juga si Rajendra.
"Ada apa?"
"Nggak, itu, um... besok dianter sopir gue aja gimana?" ucap Ru. Cewek itu mengeryitkan dahi ketika mendapat ucapannya tak juga disambut oleh Rajendra, takut kalau Rajendra ternyata pingsan atau ketiduran, Ru kembali memanggil. "Jen, hallo?"
Jangan-jangan Rajendra kena mental saking senengnya ditelepon seorang Arunika!?
"Lo percaya sama gue?"
"Ng... percaya." jawab Ru meskipun tidak tahu konteks yang sedang mereka bahas dibagian mana soal kepercayaan ini.
"Biar gue yang anter lo besok. Nggak usah pake sopir, minggu kan libur biasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Itu Kamu | Lee Jeno ✔️
Novela Juvenil"Kita ini apa, Jen?" "Nggak bisa kah kita kayak gini aja, Ru?" ***