15. Secarik kertas usang

108 13 10
                                    

Mungkin... aku harus melupakan, menghapus dengan paksa semua kenangan itu. Itu pasti 'kan menjadi sakit yang terus membusuk di perasaanku.

Kenangan itu... sialan, ia layaknya sebuah noda dalam diriku; tak dapat dihapus.

Takdir ini, jalan takdir yang membelok. Masa lalu yang lewat begitu saja, seakan ia angin hitam menganggu.

Kenapa denganku? Ada apa dengan jalan takdirku? Apakah ia terlalu sakit? Tercoreng dosa?

Aku ingin, berhenti.

Berhenti menganggu diriku, dosaku memang banyak. Perasaan yang tak tersampaikan, kenapa ia harus ada sekarang, aku pembawa nasib buruk.

Aku berjalan tanpa arah, suara ambulan terus berdenging di telingaku.

PLUK

Sepertinya... aku menginjak sesuatu, secarik kertas usang yang kering dan kotor dibagian sisi-sisi-nya.

***

udara diluar sini terlalu dingin, termasuk Hiiro. Hanaya-kun membuatnya sedikit hangat. Aku agak ragu untuk memberikan surat ini kepadanya... tapi, Terimakasih, Hanaya-Kun.

Tertanda, Momose Saki
(aku meninggalkannya disini, semoga kau membacanya,

Dalam perjalanan pulang.)

***

Aku telah terlambat, aku tak membacanya saat pulang.

Bahkan, kau telah pulang terlebih dahulu daripada diriku.

Disini dingin, sesak... tapi, Saki-chan apa kabarmu? Apakah diatas disana dingin? Hiiro, ataupun aku tak 'kan bisa menyediakan kehangatan bagimu. Kertas usang ini... memperburuk suhu disini, udara menipis perdetik-nya.

Bukan kertas usang, secarik kertas penuh kenangan.

Mulai dari Saki, lalu semua orang yang berjatuhan ini, apakah ini penghakiman diriku? Tolong... BERITAHU KEBENARANNYA!

|| Beyond The Wind || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang