[Nico POV]
Aku terdiam, menatap tatapan kosong Taiga yang tak berarti setelah mengatakan hal itu. Tangannya masih bergetar seiring udara yang berhembus dingin.
"Taiga," sapaku lagi, berharap sebuah jawaban dikeluarkan oleh mulutnya.
Dia tetap diam sambil terduduk, merogoh kertas dihadapannya dan meremasnya kuat-kuat, air mata setitik demi titik mengalir dan jatuh pada kepalan tangannya, seorang Hanaya Taiga menangis... tanpa suara.
Aku mengguncang bahunya lagi, "Taiga, kau tak apa? Apa kau perlu sesuatu? Emu! Hiir-"
Taiga memegang erat lenganku dan berucap dengan suara parau, "Tak perlu."
"Sebaiknya kau istirahat. Kau menyeramkan dengan wajah seperti itu, apalagi menangis seperti yang kehilangan permen," balasku tanpa dosa sambil menyimak Taiga yang masih tertunduk.
"Kau anggap hanya kehilangan sesuatu benda yang tak berguna, huh? Aku bukan kehilangan permen, atau 'pun hal tak berguna," Taiga melirikku dengan tatapan tajam sambil menghembuskan nafas secara kasar dengan posisinya yang sambil duduk.
"Aku kehilangan sesuatu... YANG MENJADI TANGGUNG JAWABKU!"
Suara itu menggema, membuat Hiiro yang sedang sibuk itu menghampiri kami berdua dengan tatapan dinginnya.
"Apa yang kau lakukan? Bisakah kau ikut membantu daripada membuat keributan?" Hiiro berteriak kepadaku dengan tatapan dinginnya, lalu ia berganti menatap Taiga.
"Dan kau juga, tak berguna kalian kemari."
Taiga balas memandang Hiiro, "Kau juga tak berguna, bodoh."
"Apa maksudmu!?" Hiiro mendekat menghampiri Taiga. Mereka berdua layaknya lawan, jauh dari kata kawan.
"Kau bilang aku tak berguna?" Taiga berbalik sambil bangun, menatap Hiiro rendah.
"Aku berusaha membantu Saki untuk sembuh, memberi ia dukungan bahkan mendengarkan seluruh ucapannya yang selalu meneriakan namamu didalamnya. Tapi, lihatlah dirimu sendiri, seorang pecundang yang mengabaikan Saki."
"Namun, Saki selalu berharap kau menyetujui dan menerimanya, walau hanya menganggap ia ada, ia pasti sudah senang."
Hiiro mengerutkan dahinya tanda tak paham, "Apa maksudmu? Mengapa kau membawa nama Saki?"
"Kau bahkan tak tahu bahwa Saki ingin berada di gedung ini, bersamamu. Saki selalu mengatakan bahwa kau sangat susah untuk diajak kemari. Kau sangat bodoh sampai tak mengakui Saki ataupun menurut untuk mendengarkannya," Taiga menatap nanar Hiiro sambil meremas kertas digenggamannya.
"Aku lebih tau tentang Saki daripada kau!"
Taiga terkekeh dengan suara gemetar, "Kau mengakui dan mengetahui segalanya tentang Saki, ketika ia sudah lelah dan berhenti mengakuimu."
"Dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan, termasuk dirinya sendiri."
***
Hola-hola! Maafin akunya yang baru update cerita ini, huhu. Telat berapa bulan ini? Yang pasti lebih dari 2 bulan, huhuhu ~ tapi, terimakasih untuk yang setia menunggu! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Beyond The Wind ||
Fanfic[VERY ULTRA SLOW UPDATE] Do Not To Lose It, Let's wake up with not lose it. Beyond the Wind. Makenaide, Aruki Dasou. Kaze no Mukou E. Ini adalah kisah dimana perjuangan tidak akan mengkhianati hasil. Ini adalah kisah kalau masa lalu bukan untuk dil...