||01|| 9-26-18?

417 24 16
                                    

Sedingin itukah kamu?

***

Teresa berjalan seorang diri di koridor kampus. Suasana baru yang dia tahu selama hidupnya. Banyak sekali tatapan kagum yang terlontar untuk Tere apalagi para kaum laki-laki. Tere mencoba membiasakan diri menerima tatapan seperti itu. Tapi, dia juga sedikit risih karena tatapan mereka.

"Hi, Viola," sapa Tere pada teman satu fakultasnya.

"Hallo, Cantik."

Viola tersenyum jahil saat melihat Tere yang tersenyum tidak jelas setelah menyapanya. "Cantik-cantik, kok, miring," ejek Viola yang membuat Tere mendengus.

"Vi, lo tahu nggak?"

"Nggak, karena lo belum kasih tahu," tukas Viola.

Mata Tere langsung menajam. "Ya, mau kasih tahu gimana lo aja langsung nyergah omongan gue," gurutu Tere.

Viola tertawa. "Yaudah Apa?"

Wajah Tere langsung berbinar. "Barusan gue lihat si ganteng lagi jalan. Beh, Jalan orang ganteng itu emang paling enak dipandang," ungkap Teresa.

Viola tahu siapa yang dimaksud oleh Tere. Pasti Kara teman satu angkatan Viola saat SMA. "Kara?" sahut Viola malas.

Wajah Teresa memelas. "Jangan malas gitu, dong," pinta Teresa.

Tere tahu mengapa Viola sangat enggan membahas tentang Kara. Sebab, Viola satu-satunya orang yang tidak suka dengan sikap dingin Kara.

"Gue, tuh, malas kalo disuruh bahas tentang dia," jawab Viola.

"Kenapa coba lo gak suka sama Kara. Dia ganteng, kece, baik─" Viola menyergah ucapan Teresa.

"Lo bilang baik? Baik dari mana, sih," ujar Viola.

Teresa memutar bola mata. "Baiklah. Orang dia belum pernah nyakitin hati cewek," terang Teresa.

Viola mengeryit. "Lo tahu dari mana kalau Kara belum pernah nyakitin cewek?" tanya Viola yang membuat Teresa bungkam.

"Nebak doang," elak Teresa nampak gelagapan.

"Asal lo tahu! Apa lo akan mampu menaklukkan hati dia? Hanya orang istimewa yang bisa menaklukkannya," jelas Viola.

"Dan orang istimewa itu gue," gumam Teresa sambil tersenyum simpul.

"Lo bukan orang istimewa bagi Kara. Orang istimewa untuk Kara itu adalah Dea," jelas Viola sambil membayangkan suatu hal.

Teresa menatap Viola. "Dea?"

"Gue bukan so tahu tentang kisah cinta Kara. Tapi, gue lihat sendiri bagaimana cara Kara mencintai seseorang saat SMA. Dia rela berkorban demi Dea, apapun itu. Sampai akhirnya takdir gak memberi mereka kesempatan untuk bersama. Enam bulan lalu Dea pergi untuk selamanya. Selama enam bulan pun Kara menjadi cowok yang tertutup, cowok dingin bahkan kadar kedinginannya meningkat dari sebelum kenal Dea. Banyak orang bilang sampai sekarang Kara masih belum ikhlas Dea meninggal," terang Viola sambil mengingat masa SMA dulu.

Teresa membeku dan tak mampu berkata. Perasaannya berkecamuk saat otaknya mengingat sosok Kara. "Tapi, gue yakin Kara akan luluh sama gue," kekeh Teresa.

[✔] 2. Tentang Kara & Si GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang