||03|| Kotak Hitam

234 24 15
                                    

"Jika dengan senyum membuatmu benci, lantas mengapa aku sulit untuk berhenti tersenyum padamu?"

Teresa Indah

***

Teresa keluar dari mobil yang berhenti tepat di TPU. Teresa melirik kanan dan kiri yang tidak didapati siapapun. Kaki jenjangnya mulai memasuki area TPU yang sepi.

Saat memasuki TPU Teresa terus menahan tangisnya namun pertahanan itu gagal saat dia sudah sampai di tempat tujuannya.

Teresa berdiri di samping pohon besar, di depannya terdapat Kara yang tengah mengaji. Teresa memalingkan wajah saat air mata luruh begitu saja.

"Segitu cintanya kamu sama Dea," batin Teresa.

Teresa tidak berani menghampiri Kara. Dia hanya berdiri sambil memperhatikan Kara dari belakang. Senyuman terus mengembang di bibir Kara saat mengelus nisan bertuliskan DEANDRA BRIANA. Gundukan tanah yang masih terlihat merah itu bersih dari rumput dan hanya ada bunga mawar merah dan putih yang menjadi penghias.

Samar-samar Teresa mendengar perkataan Kara. "Raga kita memang tak bersama. Tapi, hati kita tak pernah patah dan terus menyatu sampai kapanpun."

Teresa menghela napas panjang dan langsung berbalik badan meninggalkan Kara. Saat baru beberapa langkah Teresa berhenti dan menoleh ke belakang.

"Hatimu memang sudah seutuhnya milik Dea. Tapi, aku akan berusaha untuk menjadi seseorang yang kamu cintai." Teresa kembali melangkah sambil tersenyum.

***

Kara barusaja sampai ke rumah larut malam. Namun, saat baru turun dari motornya mata Kara melihat sesuatu di pot bunga dekat pintu masuk.

Kotak berwarna hitam yang bertuliskan Bulan dan Senja. Kara menatap heran kotak itu lalu mengambilnya.

"Siapa yang kurang kerjaan?" Kara menjatuhkan kotak itu yang membuat kotaknya terbuka dan memperlihatkan benda yang tak asing bagi Kara.

"Obat?" Kara mengambil kotaknya dan merapikan obat-obatan yang ternyata isi dari kotak itu.

Kara langsung melihat sekelilingnya yang tampak sepi. Lalu, siapa yang mengirim kotak ini? Kotak berisi obat-obatan yang dulu Kara berikan pada Dea.

Napas Kara langsung memburu dan air matanya luruh tak terbendung. Kara langsung berlari masuk membawa kotak tersebut.

Saat masuk Luna langsung menahan Kara di ujung tangga. "Kamu, kok, baru pulang?"

Kara berhenti namun raut wajahnya membuat Luna khawatir. "Kamu kenapa nangis?" Luna panik membuat Keno menghampiri mereka.

"Ada apa?" tanya Keno.

Kara menunduk dan menyeka air matanya. "Bunda sama Ayah tahu siapa yang taruh ini di depan?"

Keno dan Luna saling memandang dan menggeleng serentak.

"Bunda gak lihat apa-apa tadi," ujar Luna.

"Ayah juga baru pulang barusan beberapa menit sebelum kamu. Tapi, gak lihat apa-apa," timpal Keno.

[✔] 2. Tentang Kara & Si GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang