"Bolehkah aku menebak bahwa kamu masih dapat ku dekap."
***
Alunan melodi sedu mengiringi para penari bertopeng itu. Bahkan, hentakan kaki serta degungan musik beradu menyatu padu tanpa cacat. Ada satu di antara sembilan perempuan itu yang menari sangat lincah, meliuk-liuk bak ular. Lantas matanya seakan tak hirau pada suasana ramai di bawahnya.
Empat laki-laki tampan malah sibuk mencibir, bergumam untuk menebak siapa dan mana yang tengah mereka cari. Semua nampak persis tiada perbedaan sama sekali. Bahkan kala Kara berkata bahwa perempuan yang mereka cari pasti memiliki warna kostum yang lebih cerah nan kentara. Namun, sejauh ini yang mereka lihat tetap sama.
"Acara udah berjalan selama lima menit, tapi kita belum bisa lihat tanda-tanda perempuan misterius itu." Abdil mendengus dan menepuk bahu Kara.
Lalu, Kara melirik sekilas. "Tapi, kenapa surat itu di kirim ke gue kalo dia aja gak ada di sini?" Kara sedikit memajukan posisinya.
Lantas Randy dan Redio serentak bertepuk tangan saat tarian berakhir dengan penampilan yang mampu menakjubkan setiap insan. Miris perempuan satu itu selalu berada di tengah-tengah dan selalu paling berbeda dengan yang lain.
"Ini kapan, sih, tuker cincinnya perasaan lama banget," gurutu Randy yang dibalas jitakan Redio.
"Baruaja setengah jam lalu, ya, pasti hiburan dulu baru tuker cincin, Nyon!" Bukannya menjawab Randy dan yang lainnya justru terkesiap kala melihat panggung telah dipenuhi alat musik.
Apalagi mereka heran kala yang akan menyanyi adalah para penari tadi. Perempuan yang berada di posisi tengah itu adalah vokalisnya. Ada senyuman yang terukir indah di bibirnya serta hembusan napas panjang berdengung-dengan pada microphone.
Riuh mulai terdengar untuk menyambut penampilan kedua para perempuan itu. Lantas Kara malah dibuat terheran-heran pasalnya ini bukanlah seperti halnya acara tunangan pada umumnya. Apalagi ada penari yang langsung bernyanyi.
Abdil menepuk bahu Kara. "Gimana apa lo nemuin sesuatu tentang dia?" Nada bicara Abdil amat lembut seakan-akan tahu haru biru kalbu Kara.
Kara menggeleng. "Gue juga heran kenapa harus kayak gini?" Kara tafakur lalu berjalan meninggalkan Abdil dan dua sahabatnya.
Abdil melihat Kara yang berjalan ke arah dokter Salman agar semakin dekat dengan posisi panggung. Abdil melirik ke arah panggung saat suara merdu menyapa mereka semua.
"Hallo, selamat malam semuanya. Perkenalkan aku─" Lantas terhenti seakan ada keraguan untuk mengucap nama. "KASIH TAHU JANGAN?!" Entah ingin disembunyikan identitasnya atau memang lagaknya selalu seperti ini.
"KASIH TAHU DONG!" Spontan semua menyahut riuh beserta tepukan tangan.
Sedangkan Kara berdiri di dekat dokter Salman yang sibuk memperhatikan ke depan nan sesekali mengobrol asik bersama pasangannya. Tak jelas yang Kara dengar mengenai percakapan mereka, lagi pula bukan itu yang Kara mau melainkan keberadaan perempuan misterius itu.
"Ada yang mau request lagu?" Perempuan itu bertanya dengan nada jenaka lantas matanya berhenti nan menatap cukup lama mata Kara.
Entah kenapa dengan Kara pula yang merasa ada kehangatan nan kehidupan di balik mata teduh perempuan itu. Namun, seakan-akan ada luka pilu yang terpendam dan berusaha disembunyikan rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 2. Tentang Kara & Si Gadis
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] Di sini kisah tentang Kara yang kini hidup tanpa Dea. Kisah tentang Kara yang kembali menjadi laki-laki kaku dan keras bagai batu. Kisah tentang Kara yang mati rasa, dan tidak ingin jatuh cinta kembali. Kisah tentang Kar...