||29|| Awal Mula Untuk Akhir Sebenarnya

77 10 2
                                    

"Sekarang adalah awal mula yang sebenarnya aku hidup tanpamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekarang adalah awal mula yang sebenarnya aku hidup tanpamu."

"Don't ever cry for me!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Don't ever cry for me!"

-
-
-
-

"Lo masih ingat, 'kan tempat ini, Kar?" Tidak ada jawaban yang pasti dari pertanyaan Abdil barusan. Kara hanya tersenyum pedih dalam diam. Masih tidak menyangka bahwa semua hanya sebatas mimpi—buruk.

"Aku cuma mau lihat kamu tersenyum Kara. Bahkan, di saat aku gak ada di sisi kamu. Tolong untuk selalu bahagia buat aku." Saat itu air mata Kara tak mampu dibendung, meski hanya sebatas mimpi belaka tapi itu adalah pesan yang sangat berharga baginya. Dea datang dan menorehkan mimpi ditidurnya agar Kara sadar bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi kecuali cinta.

Kara tentunya ingat jelas pesan-pesan terakhir sang pujaan hati dalam mimpinya itu. "Maaf. Karena selama itu aku udah buat kamu menderita. Tapi, Kara, jika malam ini aku benar-benar pergi ... tolong jangan pudarkan senyum kamu untuk aku." Sesuai permintaan Dea, Kara langsung menyeka air mata dan berusaha tersenyum meski pedih, membuat Abdil juga dua sahabatnya mengembuskan napas panjang.

Deandra Briana
Lahir: Bandung, 26 April 2003
Wafat: 26 April 2021

Sesuai janji Abdil, setelah Kara keluar rumah sakit maka dia akan membawa Kara ke makam Dea. Makam yang sudah hijau sempurna, ada bekas bunga kering di atasnya.

Kaki Kara seketika mati rasa saat membaca nisan yang begitu jelas tulisannya. Tidak ada nisan bertuliskan Deandra Briana, lahir 26 April, wafat 29 maret. Sekarang bahkan baru bulan Februari akhir di tahun 2022. Tepat sepuluh bulan setelah kematiannya.

Sudah sejak tadi Kara berjongkok di sisi kanan pusara Dea, di seberangnya ada Randy dan Redio juga Abdil. Mereka nampak iba melihat Kara yang justru berusaha menahan tangisnya. Ini adalah kali pertama Kara berkunjung setelah mengantarkan Dea ke peristirahatan terakhirnya.

"Apa dulu gue gendong Dea ke dalam sana?" Abdil mengangguk sebagai jawaban lantas Kara hanya menunduk lemah.

Ternyata yang terjadi pada mimpi itu adalah kejadian yang sebelumnya dia alami. Tapi, dalam mimpinya saat kematian pertama Dea—sebut saja begitu. Kara tidak mengantarkan ke liangnya karena terlalu bersedih dan hanya bisa menangis. Lalu, kenyataan yang sebenarnya adalah dia berhasil mengantarkan Dea tanpa terlewat sedikitpun.

[✔] 2. Tentang Kara & Si GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang