Sebenarnya siapa yang bisu? Aku yang bisu tetapi kalian yang enggan untuk berbicara menjelaskan semuanya.
-Ayyara Dhira Algama-
🧸🧸🧸
Pagi ini, jam sembilan pagi. Ayyara pikir dia akan bisa beristirahat lama mengingat ini adalah hari minggu.
Tapi suara musik dan obrolan-obrolan orang dari luar kamarnya membuatnya terbangun. Hari ini adalah hari ulang tahun Gesi, wajar saja jika suara musik pesta itu menggema diseluruh rumahnya.
Ayyara masih sangat lemas, perban di kepalanya masih melingkar sempurna disana. Membuatnya tidak nyaman untuk tidur.
Ia beranjak dari kasurnya, duduk di kursi roda dan mengarahkannya ke arah cermin di kamarnya itu, memandang pantulan wajahnya yang penuh luka. Dia tersenyum getir menatap dirinya sendiri. Begitu buruk terlihat. Pantas saja semua orang memandangnya jijik.
Matanya melihat satu piring kue di atas meja. Gadis itu berkekeh, ternyata bi Anum menepati janjinya untuk membawakannya kue. Mungkin wanita itu tadi masuk saat dia masih tertidur pulas.
Matanya kembali menatap cermin, tangannya terangkat untuk membuka perlahan perban yang penuh darah itu. Ayyara merasa tidak nyaman, biarlah dia menggantinya dengan kain kasa saja.
Setelah perbannya selesai terbuka, dia mengambil kotak P3K yang memang berada di atas nakas yang tidak jauh dari cermin. Dia gunakan semalam untuk mengobati luka di lengannya yang masih sakit. Kini dia keluarkan kain kasa dan Betadine untuk luka di kepalanya yang masih segar itu. Dia sudah menggantinya dengan kain kasa. Terlihat lumayan rapih daripada harus memakai perban.
Suara riuh pesta di luar kamarnya membuatnya penasaran. Acara ulang tahun Gesi kali ini terdengar lebih meriah dari biasanya. Bahkan dia mendengar suara wanita-wanita dan para pria yang suaranya terdengar berat. Sepertinya bukanlah teman-teman Gesi.
Kursi rodanya dia arahkan mendekat ke arah pintu. Ayyara penasaran dan membuka sedikit pintu kamarnya, tidak terlalu jauh dari kamarnya itu acara di adakan. Dia masih bisa mendengar dengan jelas obrolan orang-orang disana yang terlihat bahagia menikmati pesta.
Ada yang sedang menari, duduk dan memakan kue. Juga ada teman-teman Gesi yang sibuk berpacaran. Disana juga banyak wanita dan pria seusia Ima. Mungkin rekan kerja wanita itu, biasanya Ima tidak pernah mengundang rekan kerjanya di acara ulang tahun Gesi.
"Anakmu sangat cantik, Ima. Kamu beruntung memiliki anak yang cantik dan berprestasi seperti Gesi." Wanita yang mengenakan gaun hitam dibawah lutut itu berbicara dihadapan Ima. Ima berdiri dengan dua rekan nya dengan tangan mereka yang masing-masing memegang gelas berisikan jus.
Ima tersenyum lebar menanggapinya. "Tentu saja, aku sangat menyayangi Gesi. Dia anakku satu-satunya."
Deg
Ayyara terdiam kaku di tempatnya mendengar pernyataan Ima. Gesi Anak satu-satunya? lalu dia di anggap apa oleh wanita itu? bulir bening di pelupuk matanya memaksa untuk menetes. Jadi selama ini Ayyara benar-benar tidak di anggap. Dia benar-benar lenyap di mata ibunya.
"Aku akan menunjukan hasil prestasi anakku. Tunggu sebentar." Ayyara mendengar lagi Ima berkata, wanita itu berjalan ke arah kamarnya sendiri yang berada di lantai atas. Beberapa saat kemudian ia kembali membawa banyak sertifikat. Lebih tepatnya adalah sertifikat hasil dari kerja keras Ayyara dalam berprestasi.
"Ini adalah sertifikat juara Gesi, dia selalu memenangkan berbagai lomba di sekolahnya." Wanita itu berkata bangga menunjukan berbagai sertifikat itu. Di kertas itu, benar-bnar tertulis nama Gesi Anastasya. Adiknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AYYARA [Revisi]
Teen Fiction"Aku bisu." "Aku tidak bisa berjalan." "Ayahku telah meninggal dan aku dianggap pembunuh oleh keluargaku sendiri." "Ibuku tak pernah menyayangiku, dia hanya menyayangi adik-ku." "Hingga aku dipertemukan dengan tiga lelaki yang membuat perasaanku men...