"Akankan hal-hal baik akan selalu datang padaku?"
-Ayyara Dhira Algama-
🧸🧸🧸
Esoknya, Ayyara mengunjungi rumah sakit dan berniat untuk bertemu dengan dokter spesialis orthopaedi. Sudah lama dia merencanakan ini, Ayyara selalu mengumpulkan uang dari hasil lomba-lomba yang dia ikuti dari SMP. Dia sengaja tidak memberikan uang yang tidak seberapa itu pada Ima. Pikirnya Ima sudah memiliki banyak uang sendiri dan tidak akan tergiur dengan uang secuil yang dia dapatkan.
Dia akan mencari ayahnya setelah kakinya sembuh nanti. Jika sekarang dia nekat mencari, itu pasti akan sulit dengan kondisi kakinya seperti itu. Lagipula dia tau dimana keberadaan ayahnya. Malam saat mengantarkannya pulang, laki-laki bernama Hendra mengatakan rumahnya tidak jauh dari tempat pria itu menemukan Ayyara.
Dan Ayyara masih ingat jalan menuju kesana.
"Pe-permisi," Ayyara mengarahkan kursi rodanya mendekati resepsionis di rumah sakit itu. Bicaranya masih gugup dan terbata walaupun sejak kemarin dia terus berlatih berbicara tanpa pengetahuan siapapun.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis wanita itu bertanya ramah pada gadis didepannya.
"Di-mana sa-sa-ya bisa menemui dok-ter spe-spesialis arthopaedi?"
"Sebentar ya, saya tanyakan dulu." Ayyara menganggukinya sebagai jawaban. Wanita itu terlihat menelepon seseorang dan mematikannya setelah selesai.
"Kebetulan jadwal dokter sedang kosong, mari saya antar ke ruangannya." Wanita itu berjalan mendahului Ayyara, Ayyara mengikutinya dari belakang dan kini keduanya telah sampai dihadapan ruangan bertuliskan Spesialis Arthopaedi yang tertempel di pintu berwarna putih.
"Silahkan masuk," ucap wanita itu dan tersenyum pada Ayyara kemudian mengetukkan pintu untuk Ayyara.
"Ya, masuk," suara itu berasal dari dalam ruangan.
"Terima-ka-sih ya." Ucap Ayyara pada wanita itu.
"Sama-sama, semoga lekas sembuh." Ucap terakhir wanita itu sebelum melenggang pergi meninggalkan gadis itu di ambang pintu.
Ayyara membuka perlahan pintu tersebut, netra nya langsung menangkap seorang dokter muda laki-laki di dalam sana yang sedang duduk di kursi dengan laptop dihadapannya.
"Permisi," ucap Ayyara sekali lagi.
"Masuklah,"
Ia memasukinya, mengarahkan kursi rodanya dan kini tepat berada dihadapan meja dokter.
"Ada yang bisa saya bantu, adik kecil?" Dokter berumur dua puluh tujuh tahun itu tersenyum ramah pada Ayyara membuat Ayyara sedikit terkejut karena panggilan dokter.
Adik kecil katanya?
"Maaf dok, ta-tapi umur saya de-lapan belas tahun," ucap Ayyara sudah mulai lancar dalam berbicara, bagaimanapun juga dia memgalami kesulitan berbicara tidak dari lahir, melainkan dari umurnya tujuh tahun.
Dokter itu berkekeh. "Oh benarkah? Baiklah kalau begitu ada yang bisa saya bantu nona?" Tanya dokter membuat Ayyara lagi-lagi terkejut. Senyuman dokter muda ini sangat manis dan ucapannya pun manis.
"Eum ... Sa-saya ingin memeriksakan kaki saya dok,"
Dokter itu berdiri, dia sedikit mendekat pada Ayyara dan melihat kondisi kaki Ayyara.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYYARA [Revisi]
Teen Fiction"Aku bisu." "Aku tidak bisa berjalan." "Ayahku telah meninggal dan aku dianggap pembunuh oleh keluargaku sendiri." "Ibuku tak pernah menyayangiku, dia hanya menyayangi adik-ku." "Hingga aku dipertemukan dengan tiga lelaki yang membuat perasaanku men...