SEMBILAN

932 65 0
                                    

Berikan aku perhatianmu, walau hanya sedikit.

🧸🧸🧸

Sejak tadi, ponsel Ima terus saja
berdering, dia tidak tau siapa yang menelponya karena itu adalah nomor yang tidek dikenal, dia tidak mau meladeni orang-orang yang mungkin hanya berusaha iseng padanya.

Ima pun merasa kesal karena sejak tadi Ayyara belum pulang. Hari ini, Ima mengadakan pertemuan yang melibatkan Ayyara. Niatnya dia akan mengenalkan gadis yang menurutnya beban itu kepada laki-laki kaya, dimana orang tuanya menjadi rekan nya di dunia kerja. Tujuannya pun agar gadis itu cepat-cepat pergi dari kehidupannya dan Gesi. Ima benci gadis itu.

Pembunuh.

Sebentar lagi jam dinding besar dirumahnya itu akan menunjukan pukul empat sore. Dan keluarga dari laki-laki itu akan segera datang, sedangkan Ayyara belum juga pulang dari sekolahnya membuat Ima menggeram kesal. Jika saja dia tidak membutuhkan gadis itu, dia tidak akan peduli terhadap Ayyara dan tidak akan menunggunya pulang.

"Kemana sih, anak cacat itu." Gerutu Ima, dia juga kesal karena deringan ponselnya yang sejak tadi berbunyi tak kunjung berhenti.

Disisi lain, Gesi yang melihat Ima terlihat gelisah pun menghampiri sang bunda.

"Bunda, siapa sih yang nelfon?" tanya Gesi. Ima menggeleng pertanda ia tak tau.

"Nggak tau sayang, dari tadi bunyi terus. Tapi nggak bunda angkat, paling cuman orang iseng." Jelas Ima. Sedangkan Gesi mengerutkan kening.

"Kalau orang iseng nggak mungkin terus-terusan nelfon gitu, Bunda," ujar Gesi. "Bunda angkat aja, siapa tau itu penting." Kata Gesi berhasil membuat Ima mengangguk.

Tangan Ima memencet tombol hijau diponselnya. Ketika menerimanya, seketika wajahnya berubah merah. Ima menahan amarah lalu perempuan itu mematikan teleponnya. Dia melempar asal ponselnya ke sembarang arah, untung saja mendarat dengan selamat di atas sofa. Jika dilantai, mungkin sudah hancur.

"Dasar anak nggak berguna, selalu buat susah!"

🧸🧸🧸

Disisi lain, kini Abran dan Ayumi tengah berdiri gelisah dirumah mereka. Mereka menanti kedatangan Galandra namun tak kunjung datang.

Sebuah panggilan telepon mengalihkan pandangan mereka. Ayumi segera mengangkat teleponnya yang ternyata dari seseorang yang rencananya akan menjadi besan-nya.

"Maaf, Yum. Pertemuan hari ini tidak bisa dilakukan, anak saya kecelakaan."

Kata seseorang diseberang sana. Ayumi menyalakan speaker agar Abran juga ikut mendengarnya. Mereka terkejut mendengar pernyataan wanita diseberang sana.

"Kecelakaan?" tanya Abran dan Ayumi bersamaan.

"Iya, maaf tidak bisa menepati janji."

"Tidak apa, semoga saja Ayyara baik-baik saja ya." Kata Ayumi.

"Iya, terimakasih. Aku akan mengabari lagi nanti untuk pertemuannya."

Pasangan suami istri itu melihat panggilan terputus.

Ayumi menghela napasnya. "Kasian sekali anak itu pah. Dia sudah tidak bisa berjalan, tidak bisa bicara. Dan sekarang ditambah dia mengalami kecelakaan. Takdir memang sejahat itu." Kata Ayumi sedih.

Abran pun mengangguki ucapan Istrinya. "Takdir memang kejam dan diluar apa yang kita inginkan."

Selang beberapa menit, ponsel Abran yang kini berbunyi. Pria itu mengambil ponsel yang semula ia taruh didalam saku celananya. Disana menampilkan nama Galandra.

AYYARA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang