Sepuluh tahun yang lalu.
Gadis kecil berumur tujuh tahun yang mengenakan gaun selutut berwarna merah muda itu berlarian kesana kemari dengan adiknya yang masih berumur lima tahun. Adiknya pun mengenakan gaun yang sama, mereka berdua terlihat seperti anak kembar walaupun berbeda usia dua tahun.
Keduanya kini duduk lesehan di rumput samping rumahnya setelah capek bermain kejar-kejaran, ber alaskan tikar piknik motif kotak-kotak berwarna hijau tosca.
"Kamu kalau pinjam jangan lama-lama dong, aku juga pengen main." Dia mengatakan itu kepada adiknya yang sedari tadi memainkan boneka barbie miliknya, padahal dia juga memilikinya sendiri. Namun tetap saja kekeuh menginginkan milik kakaknya.
Anak berusia lima tahun itu mengerucutkan bibirnya dan menyilangkan kedua tangannya dihadapan dada. "Kak Ayyala pelit."
Tentu saja gadis kecil bernama Ayyara itu tidak terima dengan penuturan adiknya. "Bundaa, Ayaah!" Dia berteriak memanggil orang tuanya, hendak mengadukan ucapan adiknya.
Ima yang semula berada didapur pun keluar dengan tergesa. "Iya sayang, ada apa?" Sembari berjalan menghampiri keduanya.
Ayahnya pun ada disana, duduk di kursi sembari meminum kopi dipagi hari yang cerah ini. Dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat interaksi kedua putrinya itu, pemandangan yang setiap hari dia lihat.
"Gesi bilang kalau aku pelit, padahal barbie aku dipinjem sama dia dari tadi." Tangan mungilnya itu menunjuk ke arah adiknya yang memeluk kedua barbie, satu miliknya dan satu lagi milik Ayyara.
Ima yang melihat itu tersenyum, merasa lucu melihat tingkah kedua putrinya. "Gesi sayang, balikin barbie kak Ayyara nya ya. Kan adik punya sendiri, main mainan punya kalian masing-masing ya." Ima berjongkok memberi pengertian kepada putrinya yang masih berusia lima tahun itu. Gesi semakin memanyunkan bibir kecilnya dengan kepala yang menunduk. Namun tangan kecilnya itu menyodorkan barbie berambut pirang kepada kakaknya. "Nih."
Ayyara berbinar, dia mengambil barbie kesayangannya dan memainkannya. Memakaikannya baju pun menyisir rambut pirang barbienya yang tidak terlalu tebal itu.
"Nah gitu dong, jangan berantem ya anak-anak bunda."
Deru mesin mobil mengalihkan atensi kedua gadis kecil itu. Mereka langsung saja melempar boneka barbie ke sembarang arah, berlari ke arah ayahnya yang sudah bersiap ingin pergi.
"Ayah, ikut!" Keduanya berteriak hampir bersamaan.
"Eh eh Gesii, makan dulu nak. " Ima berlari kecil menghampiri anaknya. "Kak Ayyara kan sudah makan, sekarang tinggal Gesi yang makan, biarin kak Ayyara aja ya yang ikut ayah." Dia memberi pengertian kepada Gesi namun anaknya itu menggeleng kuat.
"Nggak mauu, Gesi mau ikut jugaa."
Dallin, ayahnya itu mengusap lembut surai Gesi. "Makan dulu ya sayang, ayah cuman sebentar kok. Nanti pulangnya ayah sama kak Ayyara belikan Gesi ice cream."
Dengan berat hati dan bibirnya yang kembali manyun, Gesi mengangguk.
"Pinter anak ayah." Diciumnya pipi gembul Gesi dan tatapannya beralih kepada istrinya. "Ayah pergi dulu ya, Bunda. Cuman sebentar kok, ayah cuman mau ketemu clien di cafe." Diangguki istrinya, Dallin mencium kening Ima dan istrinya itu menyalimi punggung tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AYYARA [Revisi]
Novela Juvenil"Aku bisu." "Aku tidak bisa berjalan." "Ayahku telah meninggal dan aku dianggap pembunuh oleh keluargaku sendiri." "Ibuku tak pernah menyayangiku, dia hanya menyayangi adik-ku." "Hingga aku dipertemukan dengan tiga lelaki yang membuat perasaanku men...