Bersatu

119 12 1
                                    



Mark langsung beranjak mandi saat dia melihat notifikasi grup dari Lucas yang mengirimkan foto nya bersama Naraya di mobil. Mark kesal kenapa Naraya jadi nya malah sama Lucas? Kan dia udah bilang ke Naraya kalo mau balik kabarin dia. Ini tiba-tiba aja dia dapet kabar Naraya balik sama Lucas.

Mark menghela nafas nya sambil pasrah. Udah lah ya yang penting Naraya balik dengan selamat. Mark kemudian meraih kunci mobil juga hoodie nya, untuk menuju apartemen Naraya.

Sepanjang jalan mark juga sambil menghubungi Naraya melalui chat, memastikan Naraya sudah berada di apartemen nya dan bersedia berbicara dengan nya. Dan Naraya membalas iya. Karena mau tak mau mereka harus menjelaskan ke tidak jelasan ini.

Naraya menyilahkan Mark untuk masuk ke apartemen nya. Agak sedikit canggung karena disini hanya mereka berdua. Setelah membuat minuman untuk mark, Naraya lantas duduk di sofa yang sama dengan Mark tentu diberi jarak.

"Makasih Aya...," Naraya hanya mengangguk.

Mark menatap Naraya, bingung akan memulai darimana.

"Mar-"

"Aya-"

"Ok gue dulu yang ngomong ya? Sorry kalo gue lancang ngelakuin itu ke lo waktu itu, itu pasti buat lo gak nyaman apalagi di keadaan lo yang punya cewe. Sorry gue seharusnya gak kayak gitu," jelas Naraya

Mark mengernyitkan dahi nya bingung mendengar penjelasan Naraya, kemudian menggeleng pelan. "Satu-satu nya yang buat aku gak nyaman adalah kamu yang menjauh."

Naraya kini memberanikan diri menatap mata mark, mencari apa maksud dari ucapan nya. "H-Hah?"

Mark mengangkat kedua alisnya. "Kenapa? Tentu aku boleh gak nyaman dong ya? Abis dicium langsung ditinggal gitu aja? Gak ada kejelasan," Kini mark menjelaskan sambil sedikit mengerucutkan bibir nya secara tidak sadar.

Mark ingat saat dia tiba-tiba bangun tanpa Naraya yang semalam berada di pelukan nya. Kesal. Itu yang dia rasakan.

"Y-ya lo gak marah gara-gara gue sembarang ngelakuin itu ke lo?"

"Ayaaa... come on! Aku bales ciuman kamu, bahkan aku masih bisa meluk kamu setelah nya?"

Naraya merasa kedua pipinya menghangat saat mark menjawab, kembali teringat hari dimana dia dan Mark melakukan itu.

"Arin?"

"Kenapa Arin?" Tanya Mark bingung.

"Y-yaa... lo kan cowok nya Arin. Gue kayak pelakor yang enteng banget ngelakuin itu ke lo."

"Aku bahkan gak ada hubungan apa-apa sama dia waktu kita ciuma-"

"MARK BISA GA SIH GAUSAH DI ULANG MULU CIUM-CIUM NYA?"

Entah kenapa Naraya malu saat mendengar ucapan mark mengenai itu, bahkan Naraya sangat berusaha tidak menyebut kata cium di percakapan ini.

"Emang kenapa Aya? Kan emang kita cium-"

Naraya buru-buru mendekat kearah Mark untuk menutup mulut Mark agar tidak melanjutkan perkataannya lagi.

"JANGAN DISEBUT!"

Setelah Mark mengangguk akhirnya Naraya melepaskan tangan nya dari mulut Mark, namun Mark malah memberi senyum meledek.

"Wohooo You're blushing...."

Naraya lantas mendengus, agak sedikit menyesal kenapa dia harus malu-malu dihadapan Mark.

"So cute...," Mark masih tersenyum sambil memperhatikan wajah Naraya dari jarak yang lumayan dekat.

SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang