siblings

44 9 0
                                    



Naraya buru-buru menuju unit apartemen nya saat Yeri tiba-tiba menelfon dan bilang bahwa Renjun berada di Jakarta atau lebih tepat nya di apartemen nya. Naraya membuka apartemen nya, dan berjalan masuk tergesa mencari keberadaan adik nya. Yang kini di dapati nya sedang duduk di sofa bersama Yeri sambil menonton.

Yeri dan Renjun menatap kearah Naraya saat mendengar suara ribut dari arah pintu. Yeri kemudian beranjak dari duduknya, "nah tuh kakak lo, gue ke kamar ya mau siap-siap kuliah"

Sepeninggal Yeri, Naraya berjalan perlahan menuju kamar nya. "Gue ganti baju dulu". Renjun mengangguk pelan.

Setelah Yeri pergi, Naraya dan Renjun duduk di sofa yang sama dengan perasaan gugup dan saling menghindari tatapan satu sama lain nya.

"Kak?"

Naraya otomatis langsung menoleh ke arah Renjun dengan gelagat gugup.

"I-iya kenapa?"

Renjun malah memilih terdiam menatap kakaknya yang semakin gugup. Naraya lantas mencoba mencairkan suasana dengan terkekeh kaku

"Eh lo, lo ga kuliah? Kesini pas weekday gini?"

Renjun menggeleng, "ngambil jatah bolos kak."

"Lah? Ngapain? Lo kan bisa kesini pas weekend. Lo mau gue dimarahin ibu ya?" Naraya secara spontan mengeluarkan perkataan itu karena dilanda panik apalagi saat bayangan ibunya yang semakin murka karena tau adiknya membolos untuk datang kesini.

Renjun tak menutupi raut wajah sedih dan sedikit kecewa. "Gue... gue cuman pingin lebih dulu liat kehidupan lo di jakarta."

"Maksudnya?"

"Yang lain mau pada kesini minggu depan."

"Maksudnya anak komplek?" Renjun mengangguk sambil menunduk.

"Terus?"

"Ya gue gamau orang lain tau duluan soal lo, sedangkan gue yang adik lo gatau apa-apa."

Naraya sontak menghilangkan kerutan tak suka di dahi nya, dia memandang sendu Renjun yang kini masih menunduk.

"Lo ga harus kayak gitu."

"Terus... terus gue harus gimana? Gue pingin deket lagi sama lo, gue pingin bisa becanda sama lo lagi, gue pingin bisa jadi tempat lo cerita, gue pingin bisa cerita sama lo." Renjun menghela nafas sebelum lanjut berbicara, "Kak... gue gamau ngerasa asing sendiri. Sedangkan yang lain deket sama lo."

"Kenapa lo gabisa becanda sama gue? Sedangkan yang lain bisa? Kenapa lo bisa perhatian sama yang lain sedangkan sama gue engga? Apa segitu benci nya lo sampe gamau berurusan sama gue walau gue adek lo?" 

"Buk-"

"Bahkan buat bales chat gue aja engga."

"Renj-"

"Apa karena ibu?" Renjun seakan tak puas terus saja menghentikkan Naraya ketika berbicara, enggan waktunya dipotong hingga akhirnya yang ia lakukan hanya diam nantinya. 

"Lo denge-" 

"APA KARENA IBU?!"

Naraya tersentak saat mendengar bentakan Renjun yang baru pertama kali ia dengar.

"Kak... mau sampe kapan?"

Naraya mengalihkan pandangannya dari Renjun dengan mata berkaca, namun sebisa mungkin dia menahan dan memasang raut wajah datar.

"Kak?"

"Lo harusnya tanya sama ibu, sampe kapan?" Renjun terdiam.

"SAMPE KAPAN IBU KAYAK GITU SAMA GUE?"  Hancur sudah pertahanan Naraya, kini dia menangis dihadapan Renjun.

SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang