14~Rahasia kecil Barra~

1K 123 39
                                    


Zia menatap langit-langit kamar Lion dengan mata sayu. Tubuhnya terasa lemas dan sedikit kedinginan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali saat Lion keluar dari kamar mandi dengan seragam almamater lengkap.

"Apa?"Lion sewot, mungkin dia masih memiliki dendam dengan Zia.

"Cih"Zia memiringkan badannya menghadap Lion ketika manusia itu duduk di samping Zia sambil mengeringkan rambut dengan handuk"Pengen bakso"

"Lo ngidam? Padahal gue belum---"

"Brisik Lo"

Lion terkekeh, ia membenarkan selimut yang menutupi tubuh Zia
"Gue sekolah dulu, lo di sini aja"

"Gue mau pulang"

"Ini rumah Lo"

"Rumah lo!!!"Zia mendesis

"Rumah suami rumah istri juga"

Zia menatap Lion datar. Siapa juga yang mau menikah dengan Lion. Yakali Zia mau di perbudak secara gratis oleh Lion. Tidak Sudi.

Zia itu orangnya pendendam. Sekali ia disakiti oleh kaum Adam, jangan harap Zia bisa memaafkan laki laki itu dengan mudah. Jangan harap.

"Kalo bukan karena ujian, gue gak mungkin berangkat sekolah"

Zia sinis"Emang lo udah belajar apa"

"Gak ada lah, gila gue kalo belajar. Liat buku pelajaran aja pengen muntah"

"Oh"

Zia mencari cari handphone nya saat nada dering panggilan terdengar dari benda pipih itu. Ia meraba - raba kasur di sekitarnya bahkan sampai menyibakkan selimut yang ia pakai. Tetap saja tidak ketemu.

Kesal. Zia mendekat ke arah Lion kemudian mengeplak kepala itu keras"Mana hape gue!"

"Gue sita"

"Lo curang, balikin"

"Gak"

"Lion!! Kenapa Lo jadi ngeselin kaya gini hah?!"Zia menjerit tepat di depan wajah Lion. Percayalah, dia sudah muak dengan sikap Lion yang kekanak-kanakan.

Lion dengan sikap tidak perduli nya mulai berjalan ke arah lemari dan membiarkan Zia mengoceh tidak jelas. Telinganya bisa budek jika mendengar kan Zia menjerit terus

"Lion, mending lo mati aja"

"Kasian kalo lo jadi janda"

Zia mengigit selimut yang menutupi tubuhnya sambil menahan emosi. Sungguh cobaan hidup tiada henti

"Gue berangkat sekolah dulu"Lion mengambil tas miliknya kemudian berjalan ke luar. Di ambang pintu, ia menghentikan langkahnya sebentar lalu berjalan kembali ke arah Zia. Dia membungkuk kemudian mencium kening cewek itu pelan dan mengatakan"Kalau lo gak bisa nerima gue karena kita beda agama, lo juga harus sadar kalau Barra juga pergi ke gereja tiap hari Minggu"

Zia melemas. Dia juga tau ini semua. Namun dalam hati kecilnya, ia masih benar - benar mencintai Barra.

"Huaaammmm"Lion menguap lalu melanjutkan langkahnya untuk pergi ke sekolah.

Sesampainya di kelas, Lion mendapati Asel dan selatan tengah berbincang serius, begitu seriusnya sampai membuat Lion berfikir jika mereka memiliki hubungan yang serius.

Becanda heey.

"Indahnya hubungan suami - suami"

Selatan melirik sinis "Tindakan lo ke Zia itu udah keterlaluan"

Lion tertawa garing sambil mengibaskan salah satu tangannya di depan muka. Bisa - bisanya Selatan tau. Dasar dukun.

"Eh! lo mau kemana?"Lion buru buru mencekal tangan kanan Asel saat cowok itu berniat pergi dari hadapannya nya.

Merasa risih, Asel segera mengibaskan tangan sahabatnya itu dari pergelangan tangannya"Kantin"

"Anjir Lo gak mau ngajak gue apa?"Protes Lion mengebu

"Emang lo pacar gue?"

"Boleh"Jawab Lion santai

Daripada membuang tenaga untuk manusia tidak berguna seperti Lion,Asel segera melangkah kan kakinya pergi menjauh dari kelas itu.

Sedangkan dari arah belakang, Selatan langsung menyusul Asel dan merangkul bahu cowok itu sedikit kasar, tapi aneh nya, Asel tidak menepis ataupun menunjukkan rasa tidak sukanya.

Hm.hm.hm ada apakah ini?

"Keluarga bahagia dari Jerman"Gumam Lion mengiringi kepergian mereka.

🥀

"Gue ijin gak berangkat latian"Diandra menghampiri Lion di kantin sekolah saat jam istirahat baru berjalan lima menit.

"Alasan?"

"Males"

Jika kalian lupa, Lion ini merupakan salah satu pelatih Diandra di olahraga pencak silat. Bahkan hubungan mereka bisa dikatakan sangat dekat. Namun hanya sebatas antara siswa dan pelatih, tidak lebih.

"Kalau lo gak berangkat latihan cuma gara - gara Asel chat Ninda bilang 'I love you' .......Lo.......lemah"

"Bukan itu alasan gue, gue egak males latihan, cumaaa...."

"Cuma apa?"

"Bodoamat lah"Diandra kesal "Di izinin apa enggak?"

"Enggak"

"Bangsat"

"Eh?!"Lion terkejut. Ini serius Diandra? Cewek itu mengumpat? Wahhh tidak biasanya Diandra melontarkan kata - kata kasar. Bahkan ini kali pertama Lion mendengar cewek itu mengumpat.

"Sudah bajingan, sialan pula" Lanjut Diandra penuh emosi dan pergi meninggalkan Lion.

Lion menggerjapkan mata heran. Dia menyentuh keningnya lama kemudian mencubit pipi miliknya keras. Ternyata menimbulkan rasa sakit kawan - kawan. ~Ah~ ini bukan mimpi.

Keren. Keren.

Lion kembali melanjutkan acara memakan mi ayamnya dengan hikmad dan fokus. Terlalu fokus dengan makanan kesukaan nya itu, sampai dia tidak menyadari jika seseorang telah duduk di sampingnya.

Lion melirik Barra yang duduk di samping nya dengan senyum mengembang. Kebetulan sekali cowok itu datang dengan membawa segelas teh panas. Tanpa pikir panjang, Lion langsung mengambil minuman itu dan meminum nya sampai habis.

"Makasih beb"

"Mana Zia"Barra menatap Lion tajam. Menurutnya, Lion itu manusia idiot dan bego. Bodoh sekali jika Zia mau hidup bersama dengan orang bego seperti Lion.

"Ha?"Lion terkekeh, ia mengacak rambut Barra singkat dan dihadiahi tepisan kasar dari cowok itu.

"Lo itu cuma benalu di hidup Zia"

"Gue tau"Lion tidak menyangkal

"Punya rasa malu itu penting"

"Yah sayang nya gue gak punya rasa malu"Lion menjawab santai"Zia itu milik gue, dan lo gak berhak ngatur - ngatur hidup gue ataupun Zia"

"Dan lo gak berhak maksa Zia buat selamanya hidup sama Lo"

"Lo cemburu kan? Selama ini gak ada satu orangpun yang peduli sama Lo, bahkan bokap Lo sendiri benci sama Lo"

Barra terdiam, diam masih dengan tatapan datarnya.

"Lo sering di siksa sama bokap lo cuma gara - gara kalah pertandingan ataupun--"Ucapan Lion terputus saat satu pukulan keras mengenai wajahnya yang mulus.

Hahahaha. Selemah itu Barra.

Barra melangkahkan kakinya menjauh kemudian mengibas - ngibaskan tangan yang baru ia gunakan untuk memukul Lion.

"Barra, lo oke?" Tarra, salah satu teman Barra berlari menghampiri ketua Genk nya itu, namun Barra tetap diam dan menunjukkan rasa tidak sukanya.

Dari mana Lion tau semua ini?

Bersambung.......

MY PET LION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang