18 Kesalahan Fatal

835 81 10
                                    



Seperti malam malam sebelumnya,  hujan lebat bersama antek - antek nya  datang menghiasi. Malam itu.....titik awal kesalahan fatal terjadi. Baik Lion maupun Zia, tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi.

Malam penuh dingin

Petir bergemuruh hebat

Angin bertiup kencang

Hanya untuk bernafas saja rasanya begitu susah. Ada ketakutan tersendiri di dalam hati Zia. Dia di rumah sendiri, lampu padam, dan sialnya hp yang ia miliki masih berada di tangan Lion.

Dan cowok itu mengatakan akan menghadiri pesta pertunangan mamahnya. Tentu saja lama.

Aurora ~ Kakak perempuan Zia, entah pergi kemana.
Sudah dua hari dia tidak pulang. Bukan hal aneh jika kakak perempuan Zia sering pergi tanpa mengatakan apapun. Zia justru aneh jika perempuan itu berada di rumah.

Bukan perempuan baik. Kenyataan yang Zia pendam tentang kakaknya. Tidak penting juga membahas hal itu.

Hujan semakin lebat. Zia meringkuk di pojok kasur sambil melafalkan doa - doa yang ia tahu. Berharap malam segera berakhir. Dia akui jika dirinya begitu takut dengan  hal - hal mistis.

Waktu berputar begitu lama. Zia hampir kehilangan nafas saat mendengar bisikan-bisikan suara yang mungkin saja hanya imajinasi nya sendiri.

Berada di sisi Lion memang menyebalkan. Tapi untuk saat ini, Zia berharap kehadiran manusia tidak berguna seperti Lion.

Zia berusaha  tenang meskipun hatinya bergetar hebat.

Lima menit berlalu.

"Tenang......."Zia menarik nafas dalam.  Meringkuk di bawah hangat nya selimut dan berusaha memejamkan mata.

Tidak bisa

Suasananya terlalu creepy

"AAAAAAAAAA" Zia menjerit keras saat sesuatu merangkak dari bawah tubuhnya.

"Pergi pergi woy astaghfirullah Ya ALLAH TOLONG HAMBA YA ALLAH"

Zia meronta seperti orang kesetanan. Demi apapun dia sangat ketakutan.

"Ini gue"

Zia melebarkan mata bulat. Gelap. Lampu masih padam, tapi dia paham betul suara cowok itu.
Hembusan nafas Lion begitu terasa si wajah Zia.

"Tapi Lo bukan setan kan?"

"Iya gue setan"

"Aaaaaaa----"

Lion membekap mulut Zia menggunakan tangganya. Berisik sekali cewek ini"Diem goblok"

"Lo kenapa pulang"

"Ya karena Lo"

"Kok gue?"

Zia sebenarnya risih dengan posisi seperti ini. Cowok itu masih saja mengungkungnya di bawah .Namun di sisi lain, ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan untuk malam ini.  Zia merasa begitu nyaman berada di dekat Lion.

Zia tau ini salah, namun perasaan nya tidak bisa mengelak untuk menjauh dari Lion.

"Laper gak?"

Zia mengangguk

"Jawab----"

Ucapan Lion terpotong. Zia mengecup singkat bibir itu dan terdiam. Tidak ada pembicaraan berarti. Lion membawa Zia ke dalam pelukan nya dan mulai melumat bibir Zia perlahan.

Kilatan cahaya sesekali membuat bayangan dua manusia yang terbakar nafsu itu begitu jelas di dinding.

"Lion..." Zia memeluk leher Lion erat saat tangan itu mulai menyusup dari balik baju Zia

"Zi....tolong"Lion terengah. Dia tau ini salah. Otaknya jelas memerintahkan untuk berhenti namun hatinya begitu dungu untuk menerima kenyataan.

"Gapapa"

Kesalahan fatal. Tidak seharusnya mereka melakukan ini. Tidak seharusnya Zia terjebak dalam situasi yang mampu menuntun nya pada arah kehancuran.

Kehancuran? Entahlah

                                     
                                   🥀

Zia diam menatap jendela ruang kelas XI MIPA 1 itu. Dia terlalu rajin, pagi sekali sudah berangkat. Menghela nafas tenang dengan tatapan buyar. Otaknya seakan tidak berfungsi lagi. Dia sudah tidak memiliki semangat belajar atau bahkan hidup.

"Gausah ngelamun Cok!" Riza, teman sekelas Zia memperingatkan

"Iya" Jawab Zia lemas

"Lemes banget, kenape Lo?"

"Gpp"

"Buset dah, cewek cool bener - bener colll"

"Berisik banget Lo" Zia mendelik kemudian mengalihkan pandangan ke arah pintu kelas. Lion sudah berdiri di ambang pintu sembari menenteng kresek berisi bubur ayam

Lion duduk di samping Zia"Makan"

Zia membuang muka. Sudah satu Minggu dia mengabaikan cowok itu. Tidak menyapa. Tidak bergurau atau bahkan berbicara.

Satu Minggu sejak kejadian fatal itu, sikap Zia berubah drastis. Menyesal? Tentu

Tapi semua sudah terjadi. Zia hanya pasrah dengan keadaan.

"Zi.....aaaa" Lion berusaha menyuapi cewek itu namun Zia menolak dengan menggeleng kan kepala

"Gue udah bilang, gue bakal nikah sama Lo. Gausah dipikir"

Gausah dipikir?

Haruskah Zia percaya pada manusia yang satu in?
Bertahun - tahun menghabiskan waktu bersama Lion, Zia tau persis seperti apa kelakuan cowok itu.

Yang paling Zia tidak suka dari Lion adalah sikap menggatalnya pada kaum hawa. Benar - benar meresahkan.

"Padahal Lo juga menikmati"

Zia menatap Lion tajam. Dia yakin sekali walau sesaat telinganya seakan mengeluarkan asap.

"Enak kan? Mau lagi gak?"

"LION" Zia mengebrak meja keras. Matanya mulai memerah. Ia yakin sekali sebentar lagi air hangat mulai membasahi pipi tambun itu

Lion tersenyum, membawa Zia ke dalam pelukannya lalu mengelus punggung itu perlahan"Gausah marah - marah"

Benar saja. Zia mulai sesenggukan dan membalas pelukan cowok itu. Zia tidak bisa berfikir dengan jernih. Mereka telah melewati batas. Bagaimana dengan masa depan Zia sekarang?

Kenapa Zia bisa begitu bodoh ? Kenapa malam itu dia tidak menolak saja? Pikirannya kalut dengan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya ia ketahui sendiri.

"Hadeh pagi - pagi udah ngedrama aje" Riza bersungut kesal, untung hanya ada mereka bertiga di kelas

Zia masih sibuk menangis. Sedangkan Lion tersenyum aneh. Entah apa yang ia pikirkan sekarang.

"Makan dulu"Lion berbisik

Zia menggeleng

Lion punya rencana. Dia tidak akan tanggung tangung dalam mencapai tujuannya. Biarkan semua berjalan seperti ini untuk sementara waktu.

Tunggu tanggal mainnya

"Cuacanya cerah ya?"

Riza bergidik ngeri saat Lion tersenyum ke arahnya. Demi apapun, senyum itu seolah menafsirkan sesuatu yang mengerikan.

MY PET LION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang