Chapter 8 : Kehangatan

4 1 0
                                    

Sinar mentari menyinari bumi dengan lembut, sinarnya melewati celah-celah jendela kamar milik Sabrina, membuat pemiliknya mau tak mau perlahan-lahan membuka matanya.

"Selamat pagi nona," ucap seorang pelayan memasuki kamarnya.

"Selamat pagi," ucap Sabrina sembari bangun dari tidurnya.

"Apakah nona ingin segera membersihkan diri? Tanya sang pelayan. Sabrina mengangguk.

"Baik, saya akan menyiapkan air dan pakaian untuk nona," ucap pembantu tersebut. Sabrina mengangguk lagi.

Setelah membersihkan diri dan memakai pakaian, Sabrina turun untuk sarapan.

"Selamat pagi semua," ucap Sabrina ceria dan duduk di kursi makan.

"Pagi sayang," ucap Raja dan Ratu tersenyum.

Mereka pun sarapan sambil bercengkrama hangat, inilah yang Sabrina inginkan, Kehangatan bersama keluarganya, dan dia berharap akan selalu seperti ini untuk selamanya.

"Rina, nanti kita latihan sama-sama ya," ucap sang ayah.

"Hm? Latihan apa?" ucap Sabrina tidak mengerti.

"Tentu saja latihan berpedang, kamu suka berpedang bukan," ucap raja.

"Benarkah, baiklah ayah," ucap sabrina dengan mata berbinar.

****

Sarapan telah usai sejak tadi, kini Sabrina sedang bersiap untuk latihan bersama ayahnya.

"Wah, semangat sekali putri ayah," ucap sang raja sambil mengelus puncak kepala sabrina. Sang empu hanya tersenyum menikmati.

"Ayo kita mulai," ucap sang raja mengambil ancang-ancang.

"Baiklah," ucap Sabrina melakukan hal yang sama.

Mereka pun berlatih pedang bersama. Sabrina dengan mahir mengayunkan pedang dengan ringan dan terampil. Sang raja juga melakukan hal yang sama.

Setelah cukup lama mereka berlatih, mereka beristirahat sejenak untuk melepas lelah.

"Ayah sangat kagum dengan keahlianmu mengayunkan pedang Sabrina," ucap sang raja memuji
"Maafkan ayah yang pernah melarangmu bermain dengan pedang," ucap sang raja mengulang kejadian lama.
"Tidak masalah ayah, aku telah memaafkan ayah," ucap Sabrina sambil tersenyum.

Keheningan menyapa antara ayah dan anak tersebut, Sabrina yang tengah melamun dan sang raja yang sedang membereskan alat² berlatih mereka tadi.

"Sabrina," panggil sang raja namun tidak ada tanda-tanda Sabrina akan menjawab
"Sabrina," ucap sang raja sambil menepuk pundak Sabrina
"Eh..i-iya ayah," ucap Sabrina kaget
"Apa yang sedang kamu lamunkan nak?" tanya sang raja
"Tidak ada ayah," ucap Sabrina mengelak
"Apa kamu sedang memikirkan manusia serigala itu?" tanya ayahnya memastikan
"Ba-bagaimana ayah tau?" ujar Sabrina kembali bertanya.
Sang raja tersenyum." nak, ayah tau selama ini kamu tinggal bersamanya, ayah cukup lega dia sangat baik hati dan ayah tau dialah yang telah menyelamatkanmu."

Sabrina tersenyum "Dia tidak sama seperti manusia serigala lainnya yang rakus dan serakah, dia baik dan ingin merawatku itulah yang membuatku menyukainya," ucap Sabrina dengan semburat merah mewarnai pipinya yang putih bersih.

Raja yang mendengarnya sedikit kaget, baru kali ini ia melihat Sabrina tampak malu-malu jika dia sedang membahas tentang manusia serigala yang telah menyelamatkannya.
"Kenapa kamu tidak menemuinya lagi hm?". Tanya raja.
"Situasi sedang runyam ayah, aku tidak ingin memperkeruh suasana dan membebaninya lagi, dia sudah terluka gara-gara  melindungiku," ucap Sabrina dengan raut wajah sedih
"A-aku menyesal ayah, seharusnya aku tidak ada saat itu, a-aku merindukannya," ucap Sabrina dengan suara bergetar

The Curse Of The WerewolvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang