Bab 4

587 103 14
                                    

Suara apparate yang merobek udara bergema di gang kosong. Memunculkan dua insan dari entah berantah. Petunia berjalan sempoyongan selepas dari pelukan Evan menuju bak sampah yang tidak jauh dari mereka. Memuntahkan semua isi perut nya sampai tuntas.

Wanita berambut pirang itu berkali kali muntah membuat Evan yang mendengarnya merasa jijik. Petunia menyeka mulutnya dengan tangannya sambil memasang wajah datar. Ia juga bahkan jijik melihat muntahannya sendiri. Kini Petunia berjalan menuju Evan yang memasang wajah kerut dan menutup hidungnya.

"Apa kau sudah selesai." Evan bertanya yang dijawab dengan anggukan Petunia. Ia sudah malas meladeni pria pure blood itu.

Evan mengeluarkan tongkatnya dan melambaikan kearah Petunia untuk menghilangkan bau . Dan melepas hidungnya secara perlahan.

"Sekarang sudah bersih," Ia berkata sambil berjalan meninggalkan Petunia yang hanya bisa mengikutinya dari belakang.

Ini adalah kedua kalinya Petunia ke dunia sihir selepas dirinya dan keluarganya menemani Lily pergi untuk keperluan sekolah nya. Dunia sihir di Inggris sangat berbeda dengan Perancis. Dari pakaian dan bangunan yang kelihatan eksotis. Petunia tidak bisa melepas kekagumannya begitu saja.

Bahkan jubah penyihir yang dikenakan penyihir Perancis sama elegannya seperti yang dikenakan Evan.

Mata hijaunya melirik sekitar sambil mengikuti Evan menerobos kerumunan penyihir dengan jubah dan topi lancipnya. Ia bisa melihat toko yang menjual sapu terbang dikerumuni pembeli. Bahkan ada yang sambil mengantri diluar pintu toko.

Dengan lari kecil wanita berambut pirang itu menyusul Evan yang kini masuk ke butik " Madame Charusheela". Bel pintu berbunyi dan pakaian serba putih khas pengantin menyambutnya. Manik matanya yang hijau membelalakkan tak kala menatap semua gaun pengantin itu. Rasanya itu terasa mewah dan mahal.

Petunia mengalihkan perhatiannya kepada Evan yang kini berbincang dengan wanita keturunan India yang sibuk berbicara dengan wajah serius.

"Kau tahu aku Evan. Sangat mustahil membuat gaun pengantin hanya dengan semalam" ucap wanita yang sebagai lawan bicara Evan.

"Ku mohon Sheela, hanya untuk kali ini saja," Evan berkata kepada Sheela selaku pemilik butik.

"Tetap tidak bisa. Bahkan jika ayahmu adalah sahabatku sekalipun." Sheela berkata menolak mentah mentah permohonan Evan.

"Ayolah, kau tidak ingin mengecewakan pengantinku bukan?," Evan berkata sambil menatap Petunia yang melihat mereka bingung.

"Ada puluhan bahkan ratusan gaun disini. Mengapa tidak kau ajak calon istrimu untuk mencobanya." Sheela menawarkan kepada Evan yang terlihat menimbang perkataan wanita pemilik butik itu.

Pemilik marga Rosier itu menatap lamat Petunia hingga membuatnya risih. Dan kembali berbalik kepada sahabat mendiang ayahnya itu.

"Baiklah, lagipula karya mu tidak pernah gagal" Evan berkata sambil memuji. Membuat wanita paruh baya itu tersenyum dan menyuruh salah satu anak buahnya yang bernama Linda membantu.

"Ayo dear, biarkan Linda membantumu." Sheela berkata sambil menyuruh Linda menemani Petunia memilih gaun pengantinnya. Wanita bermarga Evans itu hanya mengangguk sambil mengekori Linda.

Sheela, wanita paruh baya pemilik butik itu memandang Evan dengan tajam. " Ikut aku!" Ia berkata sambil memandu lelaki pure blood itu ke ruangannya. Evan tahu ia harus jujur kepada Sheela yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri. Dengan helaan napas kasar, kaki jenjangnya melangkah menuju ruangan wanita keturunan India itu.

"Apa yang telah kau lakukan dengan gadis malang itu?. Apakah kau telah mengutuknya dengan kutukan imperius?. Jawablah aku sekarang!" Sheela berkata sambil meninggikan nada dari kalimat terakhirnya. Sheela mengakui bahwa Evan adalah pria playboy selama masa sekolahnya di hogwarts. Tapi agaknya kelakuan Evan semenjak kehilangan ayahnya membuat ia harus berpikir kembali. Terlebih kini Voldemort yang telah meneror Inggris.

Petunia and Wizarding WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang