Prolog

33.6K 1.8K 29
                                    

Langkah kaki itu terlihat gontai, sesekali terlihat gerakan tangan yang sibuk memijat pundaknya sendiri. Kepalanya juga terasa berat dan pening. Saat ini yang ia inginkan hanya ranjangnya yang empuk. Ia rindu merebahkan tubuh lelahnya diatas ranjang setelah sehari semalam ia habiskan di depan komputer. Tumpukan pekerjaan membuatnya harus bermalam di kantor. Minggu pertama di bulan Desember selalu jadi waktu yang menyibukkan baginya. Ia harus mengaudit seluruh dokumen dari awal tahun sampai akhir tahun. Tidak hanya harus membongkar data-data lama tapi ia juga harus memastikan tidak ada dokumen yang terlewat.

Sambil memijat pelan pelipisnya ia merogoh saku celana dan mengeluarkan kunci rumah yang ia simpan. Ia mengernyit heran ketika kunci tersebut dimasukkan ke lubangnya dan tidak terdengar bunyi 'klik' ketika kunci tersebut di putar seperti yang biasa terjadi. Dengan panik ia menggerakkan panel pintu dan lebih terkejut ketika menemukan ternyata pintu rumahnya tidak terkunci. Aura waspada segera memenuhi inderanya. Ia membuka pintunya lebih lebar dengan tubuh siaga. Jika yang ia hadapi adalah maling jelas ia tidak mau kecolongan dan kehilangan si pelaku di depan matanya.

Kakinya melangkah dengan pelan dan hati-hati. Sayup-sayup ia mendengar bunyi panci yang beradu dan keran wastafel yang menyala. Jantungnya makin memompa lebih cepat. Saat melihat sapu yang teronggok di sudut pintu ia bergegas mengambil dan menjadikannya sebagai senjata pertahanan. Kakinya terus melangkah mendekati sumber suara tersebut. Kali ini ia bisa mendengar lebih jelas suara perempuan yang sedang bersenandung lirih. Mendengar suara asing tersebut membuat bulu kuduknya meremang dan perutnya mendadak mules. Jika yang ia hadapi adalah makhluk halus alih-alih perampok maka mau tak mau ia harus menjual rumahnya sesegera mungkin.

Suara senandung itu terdengar kian nyaring seiring langkah kakinya yang semakin mendekat ke arah sumber suara. Dari posisinya saat ini ia bisa melihat ada seseorang yang sedang menggunakan dapurnya dengan santai. Sapu ditangannya masih berada dalam genggamannya dan bisa melayang kapan pun ia mau. Ia tidak mau ambil resiko harus menghadapi setan, perampok atau yang terburuk orang gila tanpa senjata yang melindungi.

Meski kau kini jauh di sana

Kita memandang langit yang sama

Jauh di mata namun dekat di hati

Ia bisa mendengar lagu apa yang sedang disenandungkan entah setan, perampok atau orang gila itu. Langkahnya kian mendekat, jaraknya tak sampai lima meter. Tangannya mengangkat sapu tersebut tinggi-tinggi dan bersiap ingin menghabisi lawannya yang belum terdeteksi jenisnya. Namun belum sempat sapunya melayang menyapu lawannya pelaku tersebut membalikkan tubuhnya yang membuat sapu batal melayang.

"Siapa kamu?" tanyanya dengan sorot mata datar dan nafas yang menggebu-gebu - hasil dari sibuk dengan tebakannya sendiri .

Pelaku yang berada di depannya bukanlah hantu, perampok ataupun orang gila. Namun pilihan ketiga nampaknya akan ia sematkan pada wanita di hadapannya yang kini sedang tersenyum sumringah begitu melihatnya.

"Selamat dataaang... Aku Mimin, pembantu baru di rumah ini."

"APA?"

****

Cold Mission √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang