Bab 18

9.3K 1K 50
                                    

Mimin terus saja menatap Athar yang nampak santai dibalik kemudi. Sejak Mimin diminta bersiap-siap sampai mereka dalam perjalanan pria itu tak berniat memberitahu arah tujuan mereka. Mimin yang kesal karena tak dapat jawaban akhirnya memutuskan untuk menerima nasib dan pasrah kemana pun pria itu membawanya.

Hampir satu jam perjalanan akhirnya mobil yang dikendarai Athar berhenti di pelataran parkir. Alis Mimin berkerut menandakan dia mulai bingung sekaligus cemas.

"Ngapain kita ke Polres, Mas?" tanyanya yang tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Mimin mulai ngeri kalau Athar belum juga memaafkannya dan berniat menjebloskan Mimin ke penjara. Mimin belum siap untuk berada di balik jeruji. Bagaimana nasib Ayah, Ibu dan adiknya di kampung andai mereka tahu putri sulungnya harus berakhir di penjara lantaran bekerjasama dengan kakek tua untuk menyusup ke rumah seorang pria bujang.

Mimin terus menatap Athar yang kini menampilkan senyum yang sulit diartikan. Melihat senyuman di bibir pria itu Mimin mulai pasang ancang-ancang. Ia harus mengatur strategi kemana dia akan kabur setelah ini?

"Muka kamu gelisah gitu, kenapa?" tanya Athar dengan nada bicara datar. Ekspresinya terlihat lurus-lurus saja. Mimin mulai ngeri dibuatnya.

"Mas.. kamu.. aku kan udah minta maaf kemarin, please jangan jeblosin aku ke penjara." Rajuk Mimin dengan wajahnya yang memelas. Matanya berkaca-kaca menandakan bahwa kali ini ia tidak berakting. Melihat Mimin yang ketakutan Athar tiba-tiba saja memeluknya.

"Mas..."

"Dasar bodoh, kamu pikir Mas mau masukin kamu ke penjara?"

Mimin mengangguk dalam pelukan Athar.

"Kamu pikir Mas tega?"

Mimin kembali menganggukkan kepalanya. Terdengar helaan napas dari pria itu. pelukannya merenggang dan wajah Mimin ditatap Athar lekat-lekat.

"Kamu tuh ya... selalu aja sok tahu, negative thinking pula sama Mas, emang Mas ada tampang tega mau jeblosin kamu ke penjara?"

Dan lagi-lagi Mimin menganggukkan kepalanya. Karena reaksi itulah Mimin mendapatkan sentilan di dahinya membuat wanita itu meringis sendiri.

"Ayo kita masuk, kita lihat apa benar yang kamu pikirakan tentang saya itu benar atau nggak."

"Tapi Mas – "

"Ayo Jasmine!" seru Athar dengan nada mulai meninggi tanda bahwa kesabaran pria itu mulai menipis. Mimin mulai hafal kebiasaan itu dan akan mencatatnya baik-baik. Ia mengikuti Athar turun dari mobil. Saat jalan beriringan tangan mimin yang bebas tiba-tiba saja terasa hangat. Mimin melihat jemari tangan kanannya yang kini diselimuti oleh tangan Athar. Mimin pun tersenyum dibuatnya. Tapi dalam hati ia masih harus waspada.

Athar mendatangi bagian front desk untuk memberitahu maksud kedatangannya. Ia dan Mimin diperiksa dan dilihat apa saja barang yang di bawa. Petugas menahan kartu identitas dan ponsel miliknya dan Mimin, memeriksa rantang besar yang dibawanya satu per satu. Athar memang meminta Mimin masak dan menyiapkan makanan dalam porsi banyak dalam rantang besar pagi-pagi sekali tapi Mimin tidak tahu untuk siapa. Ia dan Athar lalu di minta menunggu sebentar di sebuah ruangan yang diperuntukan untuk para tahanan yang ingin bertemu dengan teman atau keluarganya.

"Kita mau ketemu siapa, Mas?" tanya Mimin yang masih penasaran. Sedikit demi sedikit ia mulai percaya bahwa Athar tidak berniat untuk menjebloskan dirinya ke penjara melainkan ingin mengunjungi seseorang yang kini sedang berada di tahanan polres.

Cold Mission √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang