Bab 6

12.2K 1.1K 41
                                    

Malam harinya Athar sibuk mondar-mandir di dalam kamarnya. Menyusun kembali rencana interogasinya yang gagal lantaran makanan lezat yang disuguhkan Mimin telah membuyarkan konsentrasinya. Athar belum pernah sepusing ini memikirkan hal yang tidak-tidak. Tapi masalah Mimin jelas berbeda dari masalah-masalah yang selama ini ada dalam hidup Athar. Mimin adalah wanita cerdas yang akan membuat seluruh rencananya gagal bahkan sebelum dimulai.


Athar sempat memikirkan rencana untuk menginterogasi satpam komplek untuk membuktikan bahwa telinga dan matanya masih berfungsi dengan baik dan benar. Tapi bagaimana Athar bisa mengobrol dan mencaritahu lewat satpam kalau selama ini komunikasi yang pernah ia lakukan hanya tersenyum dan mengangguk seadanya saat mereka berpapasan. Athar menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mulai memikirkan sesuatu. Jika Mimim bisa berakting dengan baik, lalu kenapa ia tidak bisa? Jika itu bisa membuat Athar terbebas dari Mimin. Ia akan menggunakan aktingnya dengan baik.


Athar keluar dari kamarnya dan mendapati ruang tamu yang merangkap ruang keluarga sudah gelap. Bahkan lampu kamar Mimin pun sudah mati. Itu artinya wanita itu sudah tidur dan ini saat yang tepat bagi Athar untuk mengunjungi Pos Satpam dan memulai rencananya.


Bermodalkan snack cemilan dan minuman kaleng Athar berjalan santai menuju pos satpam. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas dan rumah-rumah di sekitarnya sudah gelap. Athar dibuat sedikit merinding karena ia jarang keluar rumah lagi selepas pulang dari beraktivitas. Saat melihat Pos Satpam yang tampak ramai dengan suara obrolan, Athar rasanya ingin kembali saja ke rumah dan menggagalkan niatnya karena entah mengapa malam ini banyak tetangganya yang memutuskan keluar rumah berkumpul di sana.


"Pak Athar!"


Terlambat. Athar sudah tidak bisa lari lagi.


"Mari gabung Pak, kami lagi nungguin final Liga Champion, sambil nunggu jadi pada main catur, ayo Pak." jelas Pak Darma sebelum Athar menyapa atau bertanya.


"Ah iya, Pak.. Rame juga ya, Pak." ujar Arhar malu-malu. Sekarang di hadapannya sudah ada sekitar 10 orang yang menatapnya seolah-olah Athar telah salah masuk ruangan. Bukan hanya mereka yang aneh karena Athar pun merasakan hal yang sama. Ia tampak seperti orang udik yang baru masuk kota. Bingung, canggung dan tentu saja malu.


"Saya pasang Pak Barkah yak." suara Pak Tarman yang gahar terdengar dari sudut ruangan. Ada Pak Tio -Pengacara muda yang rumahnya tidak begitu jauh dari gerbang komplek. Pak Tio nampak sibuk mencatat sesuatu sambil menerima uang yang Pak Tarman berikan.


"Yakin Pak? Nggak takut satu jutanya melayang?" ledek Pak Darma lalu tertawa terbahak-bahak. Athar masih kebingungan dibuatnya.


"Pak Athar mau ikut tarohan juga? Pilih Pak Barkah apa Neng Jupe?" tanya Pak Darma yang membuat alis Athar berkerut. Ia kehabisan akal untuk mengartikan siapa itu Pak Barkah dan Neng jupe? Buat apa Jupe: artis seksi yang namanya sedang hits ikut dibawa-bawa di sini.


"Lho ada Pak Athar juga?" Ujar Surip salah satu Satpam komplek. Berperawakan kurus tinggi Surip lebih mirip Petugas Kelurahan alih-alih satpam.


"Ya, ternyata ramai juga ya." Ujar Athar yang ingin tahu apakah lingkungan rumahnya selalu kekeluargaan seperti ini. Berkumpul di Pos Satpam untuk menonton pertandingan bola bersama.

Cold Mission √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang