Bab 20

6.6K 530 36
                                    

"Ngelamar."

"Ngelamar."

"Ngelamar!!!!!"

Mimin masih menatap bayangan wajahnya yang sudah memerah sejak Athar mengatakan niatnya untuk menaikkan level hubungan mereka ke tahap yang lebih serius. Tapi apa tidak terlalu cepat? Ia dan Athar bahkan baru menjalin 'hubungan' sekitar 2 minggu dan setelah masalah diantara dirinya dan Athar selesai Mimin sama sekali tak pernah berharap Athar akan seserius ini.

Ngelamar..

Suara Athar dan ucapannya masih terus berputar di kepala Mimin bak kaset kusut.

Ngelamar..

Apa benar Athar seserius itu?

Mimin menghela napas lalu memegang wajahnya yang ternyata hangat seperti hatinya yang kini berbunga-bunga. Usai turun dari taksi yang membawanya pulang baik Mimin maupun Athar enggan untuk bicara seolah ucapan Athar hanya candaan saja. Mimin yang malu dan gugup memilih bergegas masuk ke dalan kamar usai taksi berhenti tepat di depan rumah Athar.

Mimin mengunci kamarnya dan kini terdampar di atas kasur dengan wajah memerah dan pikiran dipenuhi pria yang ada di luar kamarnya.

"Jasmine."

Tubuh Mimin bangun dan terduduk di atas ranjang. Ia menatap pintu dengan was-was. Suara Athar yang memanggilnya juga membuat efek yang ajaib dengan jantungnya.

"Jasmine, buka pintunya." perintah Athar dari luar. Mimin menggigit bibir bagian bawah lalu berjalan dengan gugup menuju pintu. Pintu pun terbuka dan menampilkan Athar yang sudah lebih segar sehabis mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. Celana jeans pendek dan kaos lengan pendek warna hitam.

"Mas tunggu di ruang tivi." lalu Athar meninggalkannya begitu saja. Mimin menarik napas panjang sebelum menghembuskannya cepat. Ia tak punya tempat untuk lari sekarang.

Mimin melihat Athar yang duduk di ruang Tivi dengan tivi yang menyala dengan volume kecil. Kaki kanannya ditumpu ke kaki kirinya lalu kedua lengannya terlipat di bagian dada. Ekspresi wajahnya serius dengan pandangan lurus ke arah tivi.

Mimin mengambil tempat di samping Athar. Di paling ujung sofa agar ia bisa mengambil kesempatan untuk berpikir dan menduga-duga apa yang ingin Athar bicarakan.

"Kamu denger kan apa yang saya katakan tadi?" tanya Athar tanpa mengalihkan pandangannya.

"Yang mana, Mas?" tanya Mimin ragu-ragu.

"Yang di lobi Yudhistira tadi."

"Soal..."suara Mimin hilang karena ia tak yakin jika ucapannya adalah benar atau hanya dirinya saja yang kegeeran.

Mimin terkejut ketika Athar membalikkan arah pandangan dan tubuhnya. Kini posisinya Athar duduk menyamping dengan lengan panjangnya terjulur di bagain atas sofa. Tatapannya lekat mengarah ke Mimin.

"Ngelamar, saya mau ngelamar kamu."

Napas Mimin memburu karena efek suara Athar yang dalam dan tatapannya yang seolah ingin membawa Mimin langsung berlari menuju pelaminan.

"Ngelamar aku?" tanya Mimin dengan telunjuk menunjuk wajahnya.

"Bukan." sahut Athar yang menghasilkan kerutan di dahi Mimin.

"Tadi katanya aku." sewot Mimin dengan nada meninggi.

"Udah tahu pake nanya, ya kamulah masa Pak Darma."

Mimin terkekeh dengan menampilkan giginya yang tersusun rapih."Mas.. Beneran mau ngelamar aku? Hubungan kita kan masih baru, kamu juga nggak tahu siapa aku sebenarnya, gimana sifat aku, gimana kalo aku lagi emosi dan marah-marah." jelas Mimin seolah ingin membuka pikiran Athar jika pria itu masih seujung kuku mengenal Mimin. 

Cold Mission √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang