Bab 19

7.6K 877 80
                                    

Kedatangan Athar ke Apartemen mewah milik kakeknya dengan mengajak serta Mimin membuat benak wanita itu dihantui banyak pertanyaan. Apa yang kakek Athar pikirkan tentang ia yang kini menjalin hubungan dengan cucunya? Apa kakek akan menentangnya? Atau justru langsung mengusir Mimin tanpa repot-repot mau mendengar penjelasannya? Dan yang terakhir dan yang paling buruk dari semua pertanyaan kusut dalam otak Mimin. Bagaimana nasib pekerjaannya di Yudhistira Group?

Mimin menghembuskan napas berat dengan Athar yang berdiri di sampingnya. Mereka masih di dalam lift menuju lantai 25 dimana penthouse milik kakek Athar berada. Penthouse yang dimaksud adalah properti berupa rumah yang dibuat dan di desain dalam 1 ruangan skala besar yang terletak di lantai paling atas gedung Yudhistira. Apa Mimin kaget? Jelas... Mana dia tahu kalau akhirnya dia justru akan punya hubungan dengan pewaris keluarga kaya raya.

Mimin merasakan jemarinya digenggam lebih erat membuatnya melarikan tatapannya pada makhluk tampan di sampingnya, "Kenapa Mas?"tanyanya.

Terlihat sudut bibir Athar berkedut, "Kenapa Jasmine? Tegang ya?"

Mimin membuang muka setelah mendengar Athar yang justru meledeknya. Athar nggak tahu aja kalau jantung Mimin rasanya mau copot hanya mendengar kata kakek dan hartanya. Kenapa sih dia nggak menjatuhkan hatinya sama cowok biasa? Cowok kantoran yang berangkat ke kantor naik motor dengan bekal yang Mimin buat untuknya. Mengapa Athar justru tertarik dengan harta Kakeknya? atau sebaliknya? Entahlah... Mimin masih sulit membaca situasinya sekarang.

"Jasmine?" Athar memanggilnya. Nadanya lembut membuat Mimin ingin meleleh dipelukan pria itu. Tapi nggak.. dia nggak boleh keganjenan sekarang.Mimin harus strong menghadapi apa yang akan menantinya di depan.

"Mas... Apa harus kamu yang mengurus Yudhistira group?" tanya Mimin hati-hati. Athar menggelengkan kepalanya.

"Kenapa harus aku?" tanyanya balik. Mimin menatap Athar bingung.Kalau Athar nanya Mimin trus Mimin nanya siapa? Bu Darma? Pak Tarman? Atau anjingnya Belinda?

"Ya trus ngapain kita ke kantor kakek kalo kamu nggak berniat untuk mengurusi aset Yudhistira? Atau kamu mau minta pertanggungjawaban aku dan kakek, ya? Atau.." ucapan Mimin terhenti dengan tangan Athar yang membekap mulut wanita itu.

"Berisik banget kamu, udah lihat aja dulu jangan kebanyakan bikin dugaan, nanti kamu pusing sendiri."

Mimin melepaskan tangan Athar yang songong membekap mulutnya, "Ya makanya kasih tahu, aku tuh deg-degan tahu, aku tuh bingung harus ngomong apa sama kakek, aku juga nggak suka kamu jadi... Pewaris Yudhistira."

"Bawel banget sih kamu... Untung aku sayang kalau nggak udah aku lempar kamu dari lantai dualima." ancaman Athar bersamaan dengan mereka yang sampai di lantai 25. Mimin mengkerut di tempatnya.

"Mas..." rengeknya. Athar menggeret tangan Mimin agar mau keluar dari kotak lift. Mimin mengikuti dengan debar jantung yang tak karuan. Ini dia mau diapain sama kakek??

Athar membuka pintu dengan langkah mantap dan setelahnya Mimin dibuat menganga. Ini Mimin lagi nggak ada di novel-novel yang cowoknya tajir melinting trus dia jadi upik abu yang naik kasta karena dicintai sama pangeran kaya, kan? Nggak gitu kan? Serius Mimin takut.

"Assalamualaikum, Kek." sapa Athar pada kakek yang duduk di sofa. Ada televisi yang menyala dengan  channel yang menayangkan siaran tv luar negeri. tak jauh dari Mimin duduk ada meja makan dan dapur bersih yang di desain modern.  lebih jauh lagi Mimin melihat balkon dengan tanaman hias yang mengelilingi balkon. Usai menjelajah dengan matanya Mimin mencoba untuk menyunggingkan senyum tapi tak bisa. Ia tegang bukan main.

"Wa'alaikumsalam, Athar.. Jasmine, apa kabar?" sapa kakek ramah seperti yang Mimin kenal. Athar menengok Mimin yang nampak gelisah. Pria itu justru tersenyum.

Cold Mission √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang