05

237 55 9
                                    

Ara masih terdiam di tempatnya. Pikirannya melayang entah kemana. Setelah kemaren harus menerima kenyataan bahwa mereka satu apartemen, sekarang Ara kembali dikejutkan dengan kenyataan bahwa mereka satu kantor?

"Eh,  Ra. Lo kenapa?" Maya buru-buru memapah Ara saat temannya itu hampir saja terjatuh.

Ara berpegangan pada ujung meja dan satu lengannya berhasil ditahan Maya saat lututnya terasa lemas. Dia lalu duduk di kursi sambil memijat pelipisnya yang mula terasa pusing.

Bagaimana kalau Kevin tau? Apa dia juga akan memintanya resign dan mencari kerjaan baru?

Kenapa di saat seperti ini rasanya sangat berat. Meskipun Ara juga tidak yakin jika Sandi masih menaruh hati padanya. Tapi, mengingat Kevin bisa saja memintanya resign, Ara semakin takut.

"Ra, Ara!" Maya mengibaskan tangannya di depan Ara karena melihat temannya yang sedari tadi bengong.

"Ya?"

"Lo kenal sama Sandi?" tanya Maya yang membuat Ara semakin ketakutan.

"May, gue ke toilet dulu ya." tanpa mempedulikan Maya yang kebingungan, Ara langsung berjalan sedikit terburu-buru menuju ke toilet.

Sesampainya di toilet, Ara membasuh wajahnya. Berusaha menghilangkan kegelisahannya. Ditatapnya pantulan wajahnya di layar kaca. Ada guratan tipis di bawah matanya. Menandakan kalau dirinya tengah lelah. Bahkan tatapan matanya terlihat sayu, terlalu banyak beban yang harus ia tanggung akhir-akhir ini.

"Lo pasti bisa, Ra." ucapnya menyemangati diri sendiri.

Setelah sedikit tenang, Ara melangkahkan kakinya kembali menuju ke ruangannya. Namun baru saja dia akan menuju ruangannya, Bayu baru saja keluar dari ruangannya.

"Ra, cepet masuk." Bayu melambaikan tangannya ke arah Ara dengan wajah panik.

"Kenapa mas?" Ara berjalan cepat ke arah Bayu.

"Cepet masuk." tanpa mempedulikan pertanyaan Ara, Bayu meminta Ara agar cepat masuk.

Sesampainya di dalam ruangannya, Ara membulatkan matanya karena melihat Sandi dengan Devan, anak dari pemilik perusahaan yang merangkap menjadi manajer pemasaran. Ara masih terdiam di ambang pintu.

"Karena sudah masuk semua, jadi langsung saja. Saya akan memperkenalkan atasan baru kalian. Karena kalian sendiri tau Pak Dedi baru saja resign kemaren. Jadi yang akan memimpin kalian mulai sekarang adalah Pak Sandi." Devan memperkenalkan Sandi sebagai kepada bagian keuangan. Yang artinya dia akan bekerja dengan Ara untuk ke depannya.

Maya terlihat sangat senang, terlihat dari senyumnya yang sangat lebar saat menatap ke arah Sandi. Sedangkan Bayu, Choki, Mirna, dan Tina hanya menyunggingkan senyum tipisnya. Meskipun Ara sudah tau setelah ini Mirna dan Tina juga tidak kalah hebohnya. Mereka bertiga memang sama saja.

"Mohon kerja samanya." Sandi tersenyum tipis sambil sedikit menganggukkan kepalanya.

"Kalau gitu, saya tinggal." ucap Devan berpamitan. "Gue tinggal ya bro." kali ini Devan menepuk bahu Sandi sebelum beranjak pergi.

Melihat Devan yang tengah berjalan k arahnya, Ara lalu melangkahkan kakinya pelan untuk masuk ke ruangannya.

"Ara!" Seru Sandi yang langsung membuat seisi ruangan menengok ke arah Ara.

"Gue baru tau tadi kalau lo juga di bagian keuangan." seperti biasa, Sandi terlalu santai dan antusias ketika melihat Ara.

"Iya mas, eh, pak." Ara meralat ucapannya karena sudah terbiasa dengan memanggilnya 'mas'. Da kini dia harus mengubah kebiasaannya dengan memanggil pak.

LASSITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang