14

172 31 3
                                    

Jevan menghentikan mobilnya di salah satu restoran yang ada di Bandung. Jam menunjukkan pukul 5 sore dan mereka belum makan dari siang. Sebenarnya Rini meminta mereka untuk menginap dan baru pulang besok pagi. Tetapi Ara takut jika Kevin melihat dirinya di rumah justru membuat Kevin semakin membencinya. Melihat Kevin sebentar saja sudah membuatnya lega dan sedikit mengobati rasa rindunya.

Ara tidak tega melihat Kevin seperti orang gila setelah kepergian bunda. Andai saja hubungannya tidak seperti ini, pasti Ara adalah orang pertama yang akan selalu ada buat Kevin. Sekarang Kevin tidak punya siapa siapa, Ara pun tidak bisa ada buat Kevin.

"Kak, nangis lagi?" tanya Jevan yang melihat kakanya tengah menghapus air mata.

Ara tersenyum ke arah Jevan seraya melepas sabuk pengaman, "Nggak papa kok, yuk turun."

Jevan menatap Ara sendu. Ada bagian dari diri kakanya yang hilang. Ara tidak seperti dulu lagi, dia hanya menjalankan kehidupannya layaknya orang normal. Tapi Jevan tau kalau Ara tidak baik baik saja. Dan hanya Kevin yang bisa membuat Ara kembali seperti dulu. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa apa. Yang bisa Jevan lakukan adalah memastikan kalau Ara harus selalu baik baik saja. Dia tidak ingin kakaknya menderita.

"Lo mau makan nggak si?" Ara mengetuk kaca mobil yang membuat Jevan langsung tersadar daru lamunannya xan segera keluar mengikuti Ara.

"Gue bisa kan Van tanpa Kevin?"

Jevan menghembuskan nafas beratnya, melihat tatapan sendu kakaknya membuatnya juga merasakan sakit di hatinya. Andai saja Jevan tidak tau kalau ini semua kesalahan Ara, dia pasti akan berusaha untuk membuat Kevin mau kembali sama Ara.

"Lo kuat kak, lo pasti bisa."

***

Seminggu setelah pulang dari Bandung, Ara justru semakin kepikiran dengan keadaan Kevin. Meskipun selalu berkabar dengan Rini, tapi dua hari yang lalu nomor Rini tidak aktif dan Ara tidak bisa menanyakan kabar Kevin lagi.

"Kenapa lo dari tadi matengin hp mulu, udah muka ditekuk." tanya Jevan yang tidak sengaja lewat ruang keluarga dan melihat Ara yang tengah duduk di sofa sambil meluruskan kakinya dengan TV menyala. Namun fokus Ara hanya kepada hp yang ia pegang.

"Diem lo." ketus Ara galak. "Mau ke mana Wangi bener?" Ara menatap Jevan dari atas sampai bawah, sudah rapi dan tentu Wangi.

"Kepo banget, dah ah mau pergi dulu."

Ara hanya bergumam dan kembali fokus ke hp nya lagi. Namun hanya beberapa saat dan dia meletakkan hp nya di meja. Dia merebahkan badannya di sofa sambil menatap langit langit. Dia merasa bosan tapi tidak tau harus melakukan apa di hari sabtu pagi ini. Pasalnya kedua orang tuanya tengah berangkat kondangan dan sekarang Jevan juga pergi. Mau main rasanya juga malas keluar, jadilah setelah mandi Ara hanya duduk di ruang tengah sambil terus mencoba menghubungi Rini.

Ting tong.....

Baru saja Ara selesai membuat jus buah naga, bel rumahnya berbunyi. Ara mendengus karena ia paling malas ketika ada tamu yang datang di saat dirinya hanya sendiri di rumah.

Ting tong.....

"Iyaa seben-" ucapan Ara terhenti ketika melihat Kevin sudah berada di depan pintu. Ara membulatkan matanya saking terkejutnya.

"Maaf ke sini nggak ngabarin dulu, soalnya sekalian ada urusan di Jakarta."

Ara masih bengong sambil menatap Kevin dengan mata membulat. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Boleh masuk nggak?" tanya Kevin yang langsung menyadarkan Ara dari lamunannya.

"Eh, i-iya silahkan masuk." Ara buru-buru membuka pintu rumahnya lebar-lebar dan mempersilahkan Kevin untuk masuk.

LASSITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang