11

212 55 22
                                    

"Gue nggak bisa bayangin gimana kalau tadi gue nggak memergoki lo sama Sandi." Ara hanya bisa menundukkan kepalanya saat Windi sudah mulai marah.

"Win-"

"Lo diem dulu!" sentak Windi yang membuat Ara semakin takut. "Lo tau nggak apa yang dilakuin Kevin di Bandung? Lo tau nggak buat siapa dia banting tulang kaya gitu? Demi lo Ra, demi ngumpulin modal buat nikah sama lo!"

"Iya gue tau-" Ara baru akan menjawab omongan Windi namun lagi-lagi dipotong.

"Tau apa?! Jangan kira gue nggak tau kalau belakangan lo malah makin deket sama Sandi. Lo nggak mikirin Kevin sama sekali?"

Ara hanya bisa menundukkan kepalanya. Ada rasa bersalah yang begitu besar dalam hatinya ketika mengingat Kevin. Bagaimana kalau Kevin sampai tau hubungannya dengan Sandi justru semakin dekat?

"Ini peringatan terakhir gue. Habis ini, gue nggak akan ngelarang lo deket sama siapapun. Bahkan kalau sampai lo tidur sama Sandi pun gue nggak peduli." Windi langsung meninggalkan Ara yang masih terduduk lemah tanpa bisa membalas omongan Windi.

Ara tau kalau dirinya sudah keterlaluan. Tapi dia juga tidak bisa mengendalikan perasaannya. Dia merasa nyaman ada di dekat Sandi. Ada banyak kesamaan antara Sandi dengan Kevin, yang membuat Ara merasa rindunya berkurang saat bersama Sandi.

Awalnya Ara mengira dia bisa mengendalikan perasaannya. Tapi ternyata Ara salah. Dia bahkan sudah melewati batasnya. Tidak seharusnya dia menodai kepercayaan Kevin yang masih mengijinkan dia satu apartemen dengan Sandi.

Ara mengambil ponselnya untuk menghubungi Kevin. Namun tidak ada jawaban dari Kevin sama sekali. Terakhir Kevin mengirim pesan jam 2 siang, memberitahukan kepada Ara jika dirinya akan pergi menemui klien. Tapi sampai sekarang Kevin belum lagi menghubungi Ara.

Karena khawatir, Ara kemudian menghubungi Rini. Rini jadi sering ke rumah Kevin karena permintaannya. Rini selalu mengecek keadaan Kevin setiap hari. Meskipun hanya sekedar membawakan Kevin makanan.

"Halo Rin, Kevin di mana ya? Kok aku telfon nggak diangkat?"

"Loh, bukannya Aa ke Jakarta?" tanya Rini bingung.

"Ke Jakarta?"

"Iya, tadi siang A Kevin bilang mau ke Jakarta teh. Aku kira mau ketemu sama teteh. Soalnya bawa buket bunga."

Ara mematikan telefonnya setelah mendengar jawaban dari Rini. Dia lalu bergegas keluar untuk mencari Kevin ke apartemennya.

Namun baru saja Ara keluar dari unitnya, dia melihat Kevin yang tengah berbicara dengan Windy. Jantungnya hampir saja copot mengingat perdebatannya dengan Windy tadi. Ara takut windy menceritakan semuanya pada Kevin.

Dengan langkah takut, Ara mendekat ke arah mereka. Dan hal itu berhasil membuat Kevin mengalihkan pandangannya dari Windy.

"Yang?!" Kevin mengangkat tangannya ke arah Ara.

Berbeda halnya dengan Kevin, Windy memberikan tatapan kesalnya setelah membalikkan badannya ke arah Ara.

"Gue duluan." pamit Windy sebelum meninggalkan Ara dengan Kevin.

Kevin berjalan cepat ke arah Ara dan langsung memeluknya erat. Menyalurkan rasa rindunya kepada Ara.

"Kamu bohongin aku?" Ara membalas pelukan Kevin erat.

LASSITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang