09

336 70 2
                                    

Wina langsung masuk begitu sampai di depan unit Ara, diikuti Choki di belakangnya. Wina tampak buru-buru memasuki apartemen Ara. Dan saat melihat Ara tengah duduk di sofa, Wina langsung menghampiri Ara.

"Sandi mana?" tanya Wina dengan mata yang menyapu seluruh ruangan, berusaha mencari sosok Sandi.

"Pulang." jawab Ara yang saat ini bahkan tidak menyambut Wina. Tatapannya kosong ke depan.

Wina memperhatikan perubahan raut wajah Ara yang saat ini terlihat sedang memikirkan sesuatu. Ada banyak sekali yang berkecamuk di dalam otaknya. Ara berusaha mencerna apa yang baru saja dialami.

"Lo nggak lagi ngeprank gue kan Ra?" Wina kesal karena Ara tidak menjelaskan apapun.

"Di saat kaya gini lo bilang gue ngeprank?" Ara menatap Wina kesal, sedangkan Wina hanya mengernyitkan dahinya karena Ara terlihat kesal. "Buat ketawa aja gue susah Win, gimana mau ngeprank?"

"Kok lo jadi marah?" Wina juga ikut kesal karena selama perjalanan dia udah ngebut banget dan sesampainya di apartemen Ara, malah begini sambutan dari sahabatnya itu.

"Lo nggak mau pindah apart aja Ra?" kali ini giliran Choki yang bertanya karena Ara terdiam.

"Bukannya nggak mau mas, tapi gue belum nemu yang cocok." jawab Ara tanpa menatap ke arah Choki. Tatapannya kembali kosong. "Gue mau istirahat, kalau kalian mau pulang, pulang aja gue nggak papa."

Wina menatap Ara tidak percaya. Dia yang meminta sahabatnya itu untuk datang, dan sekarang dia juga yang mengusirnya. Baru saja Wina akan membalas ucapan Ara, Choki menepuk punggungnya dan menggelengkan kepalanya ke arah Wina.

"Udah yang, biarin Ara tenang dulu. Kita pulang aja ya."

Wina mendengus kesal sebelum akhirnya beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Ara yang saat ini sudah masuk ke dalam kamarnya.

*

"Perasaan gue juga nggak pernah berubah mas, gue masih cinta sama Kevin. Sampai kapan pun."

Ara baru akan beranjak dari tempatnya, tapi Sandi menahan tangannya dan mendudukkan Ara kembali. Ditatapnya mata Ara dalam, ada sorot yang tidak biasa saat menatap Ara.

"Kenapa harus Kevin, Ra?  Kenapa bukan orang lain aja?" Sandi memegang kedua bahu Ara, menatapnya dalam.

Ara mengernyitkan dahinya menatap Sandi. Mencoba menyelam ke dalam manik mata Sandi. Tapi Ara tidak bisa membacanya. Dia hanya melihat sorot sedih dari mata Sandi. Ada rasa tidak rela setiap mengingat Ara bersama Kevin.

"Karena aku cinta sama Kevin mas. Dia yang selama ini bisa bikin aku bahagia." jawaban Ara membuat tangan Sandi terlepas dari bahunya. Sandi mengusap kasar wajahnya.

"Gue nggak akan nyerah buat dapetin lo Ra. Gue nggak rela lo sama Kevin."

"Kenapa?" Ara menatap Sandi tidak suka.

"Karena itu Kevin, sampai kapan pun gue nggak akan rela lo sama Kevin."

"Ya tapi kenapa?"

"Karena dia bahagia sama lo." Ara menatap Sandi bingung setelah mendengar jawaban Ara. "Gue nggak bisa liat dia bahagia. Dia udah ngancurin hidup gue. Hidup keluarga gue Ra. Dan dia juga yang bikin gue kaya gini."

"Maksudnya?"

"Tiap kali liat muka Kevin, gue selalu inget bajingan itu. Yang udah bikin keluarga gue kaya gini." Sandi mengabaikan pertanyaan Ara dan terus mengatakan apa yang saat ini memenuhi kepalanya. "Gue hancur, Ra. Dan itu semua gara-gara Kevin."

LASSITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang