07

232 58 12
                                    

Setelah kabur ke toilet, Ara kembali saat yang lain sudah mulai makan. Ara lega karena tidak ada lagi yang menggoda dirinya. Meskipun teman-temannya sesekali mencuri pandang ke arah Ara dan juga Sandi. Tetapi Ara lebih memilih fokus ke makanannya. Beruntung Sandi juga tidak banyak ngomong bahkan sampai mereka kembali ke ruangan.

Dan untuk mengobati rasa penasaran, mereka sibuk dengan ponsel masing-masing. Karena saat ini mereka tengah menggosip di grup chat.

Maya : lo nggak mau jelasin sesuatu gitu Ra?

Tina : pulang kerja nongkrong, kita butuh penjelasan lo Ra.

Mirna : sumpah gue udah penasaran banget

Bayu : ya allah masih aja dibahas

Ara : kerja!

Choki : gue ngajak Wina, kalo Ara nggak mau jelasin biar cewek gue aja yg jelasin.

Maya : siipp mas

Bayu : gue skip dulu

Tina : mas Choki emang terbaeeekkk

Pulang kerja, Ara benar-benar diseret sama Maya untuk nongkrong di cafe depan kantornya. Dan dia tidak ada pilihan lain selain mengikuti kemauan teman-temannya. Dari pada harus pulang bareng Sandi, karena Sandi tau hari ini Ara tidak membawa mobil.

Sesuai janji Choki, dia benar-benar mengajak Wina nongkrong bareng. Bahkan Wina sudah sampai di cafe sebelum Ara dan temannya sampai.

"Win, lo jangan terlalu jujur ya?" Ara berbisik kepada Wina saat dia sudah duduk di sampingnya.

"Lo tenang aja." Wina yang sudah tau kalau mau diintrogasi langsung menenangkan Ara. Ara tau Wina tidak mungkin membeberkan sesuatu yang orang lain tidak boleh tau.

"Kalian mau pesen apa?" Tina sudah mengambil kertas bersiap untuk mencatat pesanan.

Setelah semuanya menyebutkan pesanan, yang kebanyakan hanya memesan minuman, kecuali Choki yang memang tidak pernah merasa kenyang. Tina berjalan menuju kasir untuk memesannya sekaligus membayar.

"Jadi, hubungan lo sama Pak Sandi itu dulu gimana sih Ra? Kok gue ngerasa lo udah paham banget sama Pak Sandi?" Mirna langsung bertanya begitu Tina kembali ke tempat duduknya.

Sekarang semua mata tertuju pada Ara yang memasang wajah malasnya. Sedangkan Wina hanya tersenyum di sampingnya sambil memainkan ponselnya.

"Nggak gimana-gimana, emang gimana?"

Jawaban Ara tentu saja membuat jengkel teman-temannya, kecuali Wina yang justru terkekeh karena mereka sudah tau ceritanya. Choki juga penasaran dengan ceritanya, tapi dia lebih santai karena nanti dia bisa bertanya pada Wina.

"Please Ra, jangan bikin kita penasaran dong." Maya sudah mulai habis kesabarannya karena Ara yang terlalu berbelit-belit.

"Hhh, ini gue cerita cuma sekali, jadi kalian harus dengerin baik-baik karena gue nggak akan mengulangi."

*

Ara berjalan pelan menuju kelasnya yang berada di ujung koridor. Namun sebelum sampai di kelasnya, dia melewati lapangan basket. Tentu saja kehadiran Ara mencuri perhatian dari cowok-cowok yang tengah bermain basket. Mereka bahkan rela menghentikan permainannya hanya untuk memandang Ara.

"San, mau ke mana lo?" teriak seorang cowok yang kini memegang bola basket.

Sandi dengan percaya diri sedikit berlari untuk mengejar langkah Ara. Sudah sekitar satu minggu Sandi memperhatikan Ara karena sering melintas di lapangan basket, dan beberapa kali berpapasan di kantin. Tapi baru kali ini Sandi berniat untuk kenalan dengan Ara.

LASSITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang