06

221 62 13
                                    

"Iya Win, kemaren Sandi nginep di sini."

Wina masih menatap Ara tidak percaya. Bagaimana mungkin Ara bisa membiarkan Sandi nginep di apartemennya?

"Ra, lo becanda kan?"

Wina tau Ara bukan orang yang akan sembarangan membiarkan cowok menginap di apartemennya. Apa lagi ini Sandi, orang yang sempat membuat Ara sama Kevin berantem. Dan sekarang Ara bilang Sandi nginep di apartemen Ara. Tentu saja itu membuat Wina terkejut.

"Win, jangan bilang sama Kevin ya, please." Ara menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada, memohon agar sahabatnya ini mau menyimpan rahasianya.

"Lo nggak selingkuh kan Ra?" Wina menatap Ara menyelidik.

"Ya nggak lah!" jawab Ara mantap.

"Terus ngapain Sandi nginep?" Wina pantas curiga karena mereka dulu sempat dekat. Mungkin kalau mereka hanya sebatas kakak dan adik kelas Wina tidak akan mengkhawatirkan Ara sampai begini. Karena bisa saja kan nantinya akan ada sesuatu di antara mereka. Mereka sama-sama dewasa, dan jika dilihat Sandi itu semakin tampan. Wina hanya tidak menginginkan sesuatu terjadi di antara mereka.

"Ac di tempatnya mati, dan dia nggak bisa tidur makanya nginep di sini." jelas Ara.

"Dan lo percaya gitu aja?"

"Beneran mati Win, dan gue bingung harus gimana. Dia bilang nggak bisa tidur makanya gue biarin dia tidur di sini karena besoknya dia ada flight jam 6 pagi. Gue cuma nggak tega aja liatnya." Ngomong sama Wina aja bisa seribet ini karena Ara merasa dituduh. Bagaimana jika dengan Kevin?

"Awalnya nggak tega, lama-lama keterusan." Entah kenapa Wina mendadak kesal sama keputusan Ara yang membiarkan Sandi sampai menginap di apartemennya.

"Kok lo gitu Win?" Ara menatap Wina kesal karena terus disudutkan.

"Lo nggak mikir apa kalau Sandi itu cuma modus biar bisa tidur di sini?" Tanya Wina dengan nada yang masih terdengar kesal.

"Modus apa sih Win? Dia juga tidur di ruang tengah kok."

"Mau tidur di ruang tengah kek, di dapur atau bahkan di kamar mandi kalau emang modus mah modus aja Ra. Intinya dia udah berhasil tidur sama lo, meskipun hanya satu apartemen."

Ara tidak bisa membalas ucapan Wina. Dia merasa kalau ucapan Wina itu benar. Ara jadi teringat saat dulu ac di kamarnya mati. Dia bahkan masih bisa tidur meskipun bermandikan keringat saat bangun di pagi harinya. Dan dia juga baru sadar kalau suhu di apartemennya memang tidak terlalu panas. Panasnya masih terbilang normal.

"Gue harus gimana dong Win. Gue takut Kevin sampai tau." Ara mengerucutkan bibirnya, bingung harus bagaimana.

"Ya lo jelasin lah sama Kevin. Urusan makin rumit kalau Kevin tau dari orang lain."

"Tapi Win..." Ara menatap Wina takut karena Wina tengah menatapnya galak. "Sebenarnya Kevin juga belum tau kalau Sandi atasan gue di kantor."

"Ra!" kali ini Wina tidak bisa lagi menahan amarahnya.

Bisa-bisanya Ara belum jujur mengenai hal sepenting ini. Padahal Wina udah menasehati Ara sejak dua bulan yang lalu. Saat Ara cerita kalau Sandi baru saja pindah ke kantornya. Dan sekarang Ara bahkan menambah masalahnya sendiri dengan mengijinkan Sandi menginap.

"Win, gue takut Kevin marah."

"Gue kalau jadi Kevin udah minta putus Ra." Wina mengalihkan pandangannya dari Ara. Dia tidak bisa membayangkan semarah apa nantinya Kevin kepada Ara kalau tau semuanya.

"Win, kok gitu?!"

"Gue nggak tau jalan pikiran lo Ra. Baru pacaran aja udah banyak banget yang lo tutupin dari Kevin. Gimana kalau udah nikah?"

LASSITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang