Sore hari biasanya rumah terasa sepi. Pak Reynaldi masih bekerja, sedangkan si kembar sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Entah itu kegiatan sekolah ataupun kumpul bersama teman-teman mereka. Kalau sudah begini, ingin rasanya aku mempunyai kegiatan lain yang bisa mengisi kebosanan agar aku tidak merasa sepi sendiri.
Nonton? bosan.
Makan? Takut gemuk. Apalagi dengan usiaku sekarang sistem metabolismeku sudah makin melambat. Membuat jaringan lemakku lebih cepat berkembang dibandingkan jaringan otot.
Tidur? Terlalu sering tidur pun membuat kepalaku makin pusing. Belum lagi tubuhku jadi lemas tiap kali bangun dari tidur siang sehingga membuatku tak semangat beraktifitas seharian.Setelah kupikir-pikir, apa aku cari pekerjaan lain ya? Kan enak bisa pakai baju cantik tiap hari sama make up tebal, seperti pegawai Pak Reynaldi. Lalu bisa punya teman banyak, terus peluang untuk mencari tambatan hati pasti lebih besar. Rencana cadangan siapa tahu saja sampai akhir nanti si duda tampan tak juga menitipkan hatinya kepadaku.
Ah, membayangkannya saja sudah membuatku semangat. Sepertinya aku harus memberitahukan rencanaku ini kepada Pak Reynaldi. Toh aku kerja hanya sampai sore, jadi tidak mengganggu pekerjaanku mengasuh si kembar. Kini keputusanku sudah bulat. Aku harus cari pekerjaan lain untuk mengisi hari-hariku.
Malamnya, setelah selesai makan malam, aku memberanikan diri untuk memberitahukan rencanaku tadi sore kepada Pak Reynaldi. Dengan semangat empat lima aku menemui duda tampan itu ke ruang kerjanya.
"Pak, boleh masuk?" Dengan memasang senyum semanis mungkin, aku berdiri di depan pintu ruang kerja Pak Reynaldi.
Pak Reynaldi yang terlihat sedang mengetik sesuatu di ponselnya langsung menoleh kepadaku. "Biasanya kamu langsung masuk tanpa permisi. Ada angin apa kamu bertingkah seperti ini?" Menaikkan sebelah alisnya, Pak Reynaldi menatapku dengan curiga.
Hehehe...tahu aja si duda tampan ini aku punya maksud. Belasan tahun hidup bersama membuatnya dapat membaca gerak-gerikku. Cuma sinyal cintaku saja yang sampai sekarang belum dapat dilihatnya. Tapi sayangnya itu yang paling penting. "Ah, Bapak bisa aja! ucapku dengan senyum malu-malu meniru ala anak alay yang sering kulihat di televisi.
Pak Reynaldi menatapku dengan geli. "Sudah hapal saya Man, dengan gaya kamu. Kemari!" Pak Reynaldi memanggilku untuk mendekatinya. Tanpa disuruh dua kali aku segera menghampirinya. Lalu mengambil tempat duduk di sampingnya dalam jarak aman. Biar bagaimanapun aku takut khilaf memerkosanya di dalam ruangan yang sepi ini.
"Apa yang mau kamu bicarakan sama saya?" Inilah yang kusuka dari Pak Reynaldi, sikapnya gak pernah berbelit-belit dari dulu sampai sekarang.
"Begini Pak," aku menatapnya dengan sedikit gugup. "Anak-anak kan sudah pada besar. Sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jadi Pak, sekarang aku sering kesepian di rumah. Gak ada kegiatan lain."
"Terus?"
"Boleh gak Pak, kalau aku coba kerja di luar?" Cicitku dengan wajah sememelas mungkin. Sudah hukum alam kalau pihak yang meminta harus merendah.
Seketika raut wajah Pak Reynaldi langsung berganti serius. "Maksud kamu apa coba?" Kali ini Pak Reynaldi menatapku dengan tajam. "Kamu mau mengundurkan diri dari pengasuh si kembar?!" Bahkan suaranya terdengar sedikit meninggi.
"Enggak, Pak!" Dengan cepat aku langsung menggelengkan kepalaku. Sepertinya Pak Reynaldi sudah salah paham dengan perkataanku. "bukan gitu maksudnya, Pak," bantahku. "Aku hanya ingin cari pekerjaan di luar, hitung-hitung ngisi waktu agar gak bosan banget di rumah. Si kembar sudah remaja, udah sibuk dengan dunianya sendiri. Sedangkan Bapak, pigi pagi pulang malam. Makanya aku jadi kesepian Pak." Jelasku, sekalian mencurahkan isi hatiku yang terpendam selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemain Figuran
RandomSelamanya status Amanda hanyalah seorang pemain figuran dalam cerita hidup Reynaldi. Tidak lebih. Membantu duda tampan itu membesarkan kedua anaknya selama belasan tahun, tidak membuat hati Reynaldi tersentuh dengan ketulusan hati Amanda Sampai kapa...