Seketika suasana di dapur yang tadinya hangat berubah menjadi tegang.
Alex yang segera menyadari kehadiran orang lain selain kami berdua terlihat kaget sesaat. Bedanya si Richard Kevin kw itu masih tetap cool gayanya. Ibarat kata kalau digambarkan ekspresi kagetnya Alex itu masih dalam kategori kalem. Gak seperti disampingku yang udah kayak banteng matador yang siap menyeruduk.
"Wah, ada tamu ya Man?" Alex bertanya sambil menunjukkan cengirannya. Sedikit pun ia tidak terganggu dengan tatapan tajam dari Pak Reynaldi dan si kembar.
Terlambat Lex, terlambat banget sadarnya! Ingin rasanya aku meneriakkan hal itu kepadanya.
"From Indonesia?" sambungnya lagi.
Aku mengangguk kecil.
"Saudara?"
"Saya kekasihnya. Dan itu anak-anak saya." Bukan aku yang menjawab, melainkan Pak Reynaldi yang berkata dan berhasil membuat mataku terbelalak.
Ya ampun, kejutan apa lagi ini?
Sama sepertiku, Alex juga menunjukkan raut terkejut untuk sesaat. Tapi itu hanya terjadi sepersekian detik, karena selanjutnya pria itu membalas serangan si duda tampan tak kalah hebat. "Wow, ini suatu kabar baru bagi saya! Selama ini Amanda tidak pernah bercerita memiliki kekasih." Di akhir kata Alex sengaja menekan kata kekasih dengan nada meremehkan.
Hal itu sontak membuat Pak Reynaldi menjadi kesal. Ia menatapku marah seolah aku telah mengkhianatinya. Padahal dari tadi aku jelas-jelas diam saja tidak bicara di sampingnya.
"Kurasa bukan hak Anda untuk mengetahui urusan asmara seseorang," balas Pak Reynaldi sengit. "Lagipula tidak ada kewajiban Amanda untuk menceritakan kehidupan asmaranya kepada Anda yang notabene baru dikenalnya. Jadi saya rasa Anda terlalu ikut campur." sambung Pak Reynaldi dengan nada penuh sindiran.
Sengaja banget ini duda ingin cari ribut! Kapan juga aku pernah terlibat hubungan asmara dengannya. Ini sama saja dengan kebohongan terencana. Aku tidak terima namaku dicatut dalam pembicaraan penuh emosi ini.
"Masalahnya kami sudah sangat dekat bila Anda belum tahu." Alex kembali bersuara. "Ya kan, Man?" Ia menatapku lembut seolah-olah kami memang memiliki hubungan.
Ini lagi satu! Ngapain juga pakai ngomong bermakna ambigu seperti itu di depan Pak Reynaldi. Dekat dari mana? Wong sampai sekarang kami teman biasa saja. Memang sepertinya gak Pak Reynaldi atau Alex sengaja buat aku sport jantung. Gak Pak Reynaldi, gak Alex, gampang sekali mengaku-ngaku jadi kekasihku. Padahal kenyataannya tetap saja statusku masih jomblo abadi.
Seperti yang kutebak, Pak Reynaldi tidak terima akan pernyataan ngawur Alex barusan. Langkahnya spontan maju ke depan ingin menghajar wajah Alex. Untung saja aku langsung dapat membaca gelagatnya sehingga membuatku buru-buru menahan gerakannya.
"Pak, kenapa harus main kasar sih?" Aku berbisik lirih sembari menahan tangan Pak Reynaldi dengan sekuat tenaga. Ada apa sih dengan si duda satu ini? kenapa dari kemarin bawaannya emosi terus.
"Dia sudah keterlaluan Man, jadi harus saya beri pelajaran!"
Aku memutar bola mataku malas. Keterlaluan dari mana? Pak Reynaldi saja yang sekarang bersikap berlebihan. "Alex itu tetanggaku Pak. Selama ini kami berteman baik," kucoba memberi penjelasan.
"Kamu tidak perlu membela dia seperti itu!" ketus Pak Reynaldi sewot. Matanya tak lepas memandang Alex dengan tatapan penuh permusuhan.
Tanpa sadar aku berdecak sebal. Lha, dimana coba aku membela dia? Benar-benar ini duda emosinya macam petasan banting. Yang disulut dikit langsung meledak. Tapi ya sudahlah, sebaiknya jangan sampai terpancing dengan emosi si duda tampan ini. Takutnya bila makin dilawan, Pak Reynaldi semakin hilang kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemain Figuran
RandomSelamanya status Amanda hanyalah seorang pemain figuran dalam cerita hidup Reynaldi. Tidak lebih. Membantu duda tampan itu membesarkan kedua anaknya selama belasan tahun, tidak membuat hati Reynaldi tersentuh dengan ketulusan hati Amanda Sampai kapa...